3 Mahasiswa hebat yang diundang Kick Andy Show (foto : kickandy.com) |
*Puji Utomo
Saat kecil, Puji Utomo tidak pernah membayangkan dirinya akan duduk di bangku kuliah. Lahir sebagai anak penjual ikan yang tidak tamat SD di Pati, Jawa Tengah, kehidupan Puji sangat sederhana bersama lima saudaranya. Berkat ketekunannya dalam belajar Puji kerap mendapat nilai yang baik saat sekolah.
Ia pun berkeingan melanjutkan kejenjang universitas saat dirinya duduk di bangku SMU. Meski kedua orangtuanya telah mengatakan ketidaksanggupan untuk membiayai pendidikan Puji setelah SMU, Puji tidak patah semangat. Berbekal prestasinya, ia mencari beasiswa dan berhasil meraih beasiswa untuk kuliah di Universitas Gadjah Mada.
Meski mendapat beasiswa, Puji tetap harus berjuang untuk mencukupi kehidupan sehari-hari dengan menjadi guru di beberapa tempat bimbingan belajar. Ia pun memutuskan menjadi marbot dan tinggal di mesjid agar tidak menyewa kamar kos. Dengan tinggal di mesjid, Puji aktif dalam berbagai kegiatan keagamaan mulai dari kegiatan bersama anak-anak, pemuda hingga pengajian ibu-ibu.
Dengan banyaknya kegiatan yang dilakukan, Puji mampu mempertahankan prestasinya dan lulus menjadi sarjana terbaik dengan IPK 3.86 pada tahun 2015. Tak puas sampai disitu, Puji kembali mendapat beasiswa S2 di universitas yang sama dan berhasil lulus dengan nilai sempurna yaitu IPK 4.00 pada tahun 2017.
*Budi Budiarto
Bagi Rahmat Budiarto hanya ada satu cara yang bisa mengeluarkan dirinya dan keluarganya dari kemiskinan yaitu pendidikan. Dengan kesadaran itulah, pria yang disapa Diar ini sejak kecil tekun belajar dan berprestasi dalam pendidikan. Diar tumbuh dalam keluarga pra sejahtera di Jember, Jawa Timur, dimana ayahnya adalah penjual koran dan ibunya hanya ibu rumah tangga biasa.
Dengan keterbatasan ekonomi, Diar bisa bersekolah sejak SD hingga SMK dengan dana BOS. Dengan nilai yang ia miliki, Diar berhasil meraih beasiswa untuk kuliah di Universitas Jember. Diar pun menamatkan sarjananya pada tahun 2015 dengan nilai yang gemilang yaitu IPK 3,93 dan menjadi lulusan terbaik.
Dengan prestasi akademik yang gemilang ini, Diar kembali mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan program master dan doktoral di Institut Pertanian Bogor, yang harus ditempuh dalam waktu empat tahun. Bulan April 2018 yang lalu, Diar berhasil meraih gelar masternya dan menjadi lulusan terbaik dengan IPK 4.00.
Kini, Diar sedang mengejar gelar doktoralnya dan tetap bisa mempertahankan nilai sempurnanya. Prestasi yang ditoreh Diar menjadi kebanggaan yang tak terkira bagi kedua orangtuanya.
*Vivi Leonita
Penderitaan yang tak kunjung usai tentu bisa mematahkan semangat. Tetapi tidak bagi Vivi Leonita. Tumbuh dalam keluarga sederhana sempat membuat Vivi pesimis dirinya bisa mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi. Lagi-lagi, berkat prestasi dengan memenangkan lomba akuntasi saat dirinya dibangku SMK, Vivi berhasil menerima beasiswa untuk kuliah di Universitas Bunda Mulia.
Cobaan berat datang saat di semester dua, ayahnya terkena stroke. Dengan kondisi ini, Vivi menjadi satu-satunya yang diharapkan sebagai tulang punggung keluarga. Apalagi adik semata wayangnya telah terlebih dahulu menderita kanker darah atau leukimia.
Beruntung saat SMK Vivi sudah merintis usaha aksesoris. Setelah ayahnya tidak lagi bekerja, Vivi semakin serius menekuni usaha aksesorisnya dan juga sempat melakukan beberapa pekerjaan lain untuk mendapat uang tambahan.
Meski harus bekerja, kuliah dan bergantian menjaga ayah dan adiknya yang sakit, Vivi tetap bisa meraih nilai yang sangat baik. Saat hari wisudanya sebagai sarjana di tahun 2018, Vivi dinobatkan menjadi wisudawan terbaik dengan IPK 4.00. (kickandy/Editor)