-->
  • Jelajahi

    Copyright © Media Indosatu - Menuju Indonesia Maju
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Perang Antar Suku di Adonara NTT Tewaskan 6 Orang, Karena Masalah Sengketa Lahan

    Redaksi
    07 Maret 2020, 12:49 WIB Last Updated 2020-11-30T12:19:21Z
    Banner IDwebhost

    Jenazah Korban


    INDOSATU.ID | Perang tanding di Adonara terjadi antarwarga dua suku di Desa Sandosi pada Kamis (5/3/2020) pagi di wilayah perkebunan Wulen Wata dan menewaskan sebanyak enam orang. 



    Enam warga tewas itu yakni Moses Kopong Keda (80), Jak Masan Sanga (70), Yosep Ola Tokan (56), Seran Raden (56), Wilem Kewasa Ola (80), dan Yosep Helu Wua (80).
     
     
     
     

    Kapolres Flores Timur, AKBP Deny Abrahams mengatakan, bentrokan terjadi akibat sengketa tanah antara dua suku di Desa Sandosi.
     

    "Mereka yang meninggal ini tinggal satu desa," kata Deny saat dihubungi Kompas.com, Kamis (5/3/2020) malam. 
     
     
     
     
     
    Bentrokan antardua suku besar di Sandosi itu pecah karena masalah sengketa lahan di Kebun Wulen Wata di dekat Pantai Bani, Desa Sandosi.
     

    Lahan sengketa itu selama ini digarap oleh empat suku, Suku Lamatokan, Suku Making, Suku Lewokeda, dan Suku Wuwur. Tapi, Suku Kwaelaga kerap menebang tanaman di lahan sengketa itu. Tindakan itu dilakukan Suku Kwaelaga karena merasa wilayah itu milik mereka.
     
     
     
     

    Warga empat suku yang menggarap lahan itu tak pernah merespons tindakan itu. Mereka berupaya menempuh jalan damai dan melaporkan tindakan itu kepada pemerintah kecamatan dan Polsek Adonara.
     

    "Permasalahan lahan ini sudah berlangsung sejak tahun 1980. Sudah berulang kali dimediasi oleh pemerintah daerah dan polisi, tetapi tidak ada titik temu," jelas Deny.
     
     
     
     

    Namun, bentrokan antarsuku tak bisa dihindari pada Kamis (5/3/2020). Ketika itu, tujuh warga Suku Kwaelaga mengunjungi lokasi sengketa. Mereka ingin menanam bibit jambu mete dan kelapa. Dua tanaman itu selama ini digarap Suku Wuwur dan Suku Lamatokan di lahan itu.
     

    Aksi warga Suku Kwaelaga itu membuat warga Suku Lamatokan kecewa. Perwakilan Suku Lamatokan mendatangi lahan itu untuk mengecek tanaman yang ditanam Suku Kwaelaga. Kedua perwakilan suku berdebat di lahan itu.
     
     
     
     

    Perdebatan yang berlangsung sengit berujung saling serang menggunakan senjata tajam. Korban jiwa pun berjatuhan.
     

    Wakil Bupati Flores Timur, Agustinus Payong Boli, meminta masyarakat tidak terprovokasi terkait perang tanding antarawarga yang memperebutkan lahan di Desa Sandosi.
     
     
     
     

    "Kami meminta masyarakat agar jangan sampai terprovokasi dengan perang tanding antarwarga yang terjadi Sandosi pagi tadi," katanya saat dihubungi Antara di Kupang. Kamis (5/3/2020)
     

    Dia mengatakan sudah meminta seluruh camat di Pulau Adonara serta para kepala desa agar mengimbau dan menahan masyarakatnya jika memiliki niat membantu suku-suku yang sedang bertikai.
     
     
     
     

    Hal ini penting karena di Adonara secara budaya Lamaholot (sebutan untuk suku bangsa yang berdiam di sebagian wilayah Kabupaten Flores Timur, Lembata, Alor) dikenal istilah nara atau sekutu lintas desa atau wilayah, katanya.
     

    "Jadi jangan ajak nara atau sekutu, biarkan pemerintah dan aparat keamanan menyelesaikan masalah yang ada," katanya.
     
     
     
     
    (Redaksi)
     
     
     
     
     

    Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "6 Orang Tewas, Ini Kronologi Bentrokan Warga Adonara, Flores Timur", https://regional.kompas.com/read/2020/03/06/09484431/6-orang-tewas-ini-kronologi-bentrokan-warga-adonara-flores-timur?page=all.
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    close
    Banner iklan disini