INDOSATU.ID | Marsinah dikenal karna aksinya yang menuntut kesejahteraan bagi buruh, khususnya bagi buruh kaum perempuan.
Dirinya sering kali menyuarakan Upah Minimum Regional (UMR), fasilitas kerja, cuti hamil dan upah lembur bagi perempuan ditengah rongrongan rezim yang represif.
Kala itu dia aktif dalam perencanaan aksi unjuk rasa dan mogok kerja pada 3-4 Mei 1993 dengan memimpin 150 dari 200 buruh pabrik (CPS) untuk menuntut kenaikan gaji dari Rp 1.700/hari menjadi Rp 2.250/hari (kenaikan Rp 550/hari)
Baca Juga: Dua Warga Pagar Batu Meninggal Akibat Bentok Dengan Security PT. Arta Prigel
Marsinah lahir di Nglundo, 10 April 1969 seorang aktivis dan buruh pabrik jaman Pemerintahan Orde Baru, bekerja di PT. Catur Putra Surya (CPS) Porong, Sidoarjo.
Dia hilang lantaran diculik oleh sekelompok orang, hingga kemudian mayatnya ditemukan di hutan jati dusun Jegong, Desa Wilangan pada 8 Mei 1993 setelah menghilang selama tiga hari.
Dia tewas mengenaskan dengan kemaluan ditembak, tubuh penuh luka memar bekas pukulan benda keras.
Baca Juga: Dipenjara Karena Mencuri Kayu Demi Beli Beras, BLC Siap Bela Jasmin di Persidangan
Kedua pergelangannya lecet, tulang panggulnya hancur serta di sela pahanya menempel kain putih yang berlumuran darah.
Marsinah adalah simbol bagi buruh Indonesia dalam memperjuangkan hak-hak sebagai pekerja kelas bawah khususnya buruh wanita.
Namanya digaungkan setiap 1 Mei di Hari buruh dalam perlawanan buruh untuk mendapatkan kehidupan yang layak.
Penulis: Lian
Editor: Redaktur