Irmawati bersama kedua orang tuanya diabadikan di pintu rumahnya |
INDOSATU.ID | Deliserdang - Terkadang nasib memang kita tidak tahu, namun semua haruslah kita syukuri.
Perekonomian tiap orang tentu berbeda-beda, ada yang senang ada juga yang sulit, namun terkadang dikala kita dalam keadaan senang kita lupa membantu orang-orang yang sedang dalam kesulitan.
Irmawati, salah satu anak didik di Kabupaten Deliserdang, diketahui sempat putus sekolah karena tidak punya cukup uang membayar biaya sekolah.
Kini, Irmawati berkeinginan kembali untuk bersekolah. Hal itu diungkapkannya ketika ditemui di rumahnya di Dusun I Gg. Bilal Desa Tanjung Morawa B Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara.
Namun apa daya, karena keadaan orang tuanya yang tidak mampu dan tergolong miskin terpaksa Irmawati berhenti bersekolah.
Sebelumnya Irmawati (17) bersekolah di salah satu sekolah swasta SMK hingga kelas 11 (Kelas 2 SMK).
Karena tidak membayar iuran (SPP dan lainnya) selama hampir satu tahun, terpaksa ia berhenti dan tidak melanjutkan sekolahnya.
"Saya mau sekolah lagi pak, sudah ada 2 minggu saya tidak masuk sekolah, padahal sudah masuk waktu ujian. Namun, orang tua saya tidak punya uang untuk melunasi iuran sekolah. Sudah hampir satu tahunlah belum terbayar, jadi saya gak bisa ikut ujian, ada lagi harus bayar uang PKL," ujar Irma
"Orang tua saya juga gak mampu pak, kami makan saja pun kadang ada kadang tidak. Kalau pun ada makan ya seadanya, daripada kami gak makan biarlah saya tidak sekolah. Padahal satu tahun lagi saya lulus-lulusan sekolah, tapi orang tua saya tidak mampu," ujar Irmawati sambil menangis.
Ketika ditanya awak media, "Jika ada orang yang mau membantu, bagaimana?," tanya awak media.
"Pak Bupati, Pak DPR, Pak Presiden, bantulah kami ini, saya ingin sekolah, uang iuran sekolah saya Rp 145 ribu," ujarnya.
Dari pantauan awak media, rumah kediaman keluarga Irmawati pun cukup memprihatinkan, dinding rumah hanya bertembokkan tepas.
Orang tua Irmawati, Laminem (48) mengatakan, "Belum pernah dapat apa-apa pak, kayak yang lain yang namanya BLT-BLT itu, belum pernah kami dapat pak, padahal liatlah keadaan kami pak, rumah pun dari tepas bambu pak. Suami saya cuma tukang jait sepatu di pinggiran jalan, itu pun kadang ada kadang gak ada pak," kata Laminem.
"Kalau soal makan, ya kadang kalau ada beras kami masak, kalau gak ada, ya nunggu bapaknya pulang pak, kalau ada dapat jaitan sepatu ya kami beli beras, kalau gak ada, kami ngutanglah dulu pak, yang penting anak kami makan," kata Laminem, ibu kandung Irmawati sambil menangis.
Lanjut Laminem, "Gimanalah pak mau bayar uang sekolah anak saya, sudah numpuk hampir setahun yang belum terbayar pak, ekonomi kami benar sangat sulit saat ini pak. Asalkan anak saya bisa makan sudah Alhamdulillah pak, kalau cerita berharap, tentulah saya orang tua dari Irmawati sangatlah berharap anak saya itu sampai tamat/lulus sekolah SMK nya pak, biar dapat Ijazah untuk dia bekerja nanti bisa bantu kami," ujar Laminem sambil terisak.
"Saya sangat berharap kali ada orang yang mau bantu kami ini, kasian kali anak saya pingin dia sekolah lagi menamatkan hingga kelas 12 (tamat SMK _red) seperti anak-anak tetangga yang lain. Doa saya, semogalah Pak Bupati mau bantu kami, Amin," tutupnya sambil menangis. (Azhari/Red)