-->
  • Jelajahi

    Copyright © Media Indosatu - Menuju Indonesia Maju
    Best Viral Premium Blogger Templates

    MANUSIA DAN KEHIDUPAN SOSIAL

    Kabiro Sukabumi
    15 Juni 2022, 22:05 WIB Last Updated 2022-06-16T05:08:56Z
    Banner IDwebhost

     

    Lathief Abdallah


    Taushiyah 

    Oleh: Lathief Abdallah

    Rabu, 15 Juni 2022


    "Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu" (Q.S. An-Nisa': 1). 


    "Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang lai-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti" (Q.S. Al-Hujurat: 13).


    Siapa pencipta  manusia, benarkah manusia itu evolusi dari kera, adakah jenis manusia ke tiga, samakah pluralitas dan pruralisme, apa yang menjadi standar kemuliaan manusia, pentingkah kekerabatan. Semua pertanyaan tersebut dijawab dengan singkat oleh ayat di atas.


    Pertama. Al-Qur'an  menjelaskan bahwa seluruh manusia diciptakan oleh Allah SWT. Baik manusia pertama, 'nafsin wahidah', maupun manusia saat ini dan manusia terakhir sebelum kiamat. Terlepas apakah manusia itu beriman dan menyembah-Nya atau mengingkarinya.


    Firaun yang mendeklarasikan dirinya sebagai Tuhan, KalrMax penganut atheisme yang menyebut Tuhan adalah ilusi yang diciptakan manusia yang teralienasi, Nazi pengangung ras Arya, Ariel Saron pembantai Hebron, Trump si Angkuh penguasa AS. Mereka semua diciptakan Allah SWT -Ya ayuhan nasut taqu rababkumu alladzi khalaqakum. Dipertegas lagi "Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa" (QS. Al-Baqarah : 21).


    Kedua. Al-Qur'an menjelaskan bahwa  nenek moyang seluruh manusia adalah sepasang manusia yaitu Adam (seorang laki-laki) dan Hawa (seorang wanita), 'Min nafsin wahidah wakhalaqo minha jauzaha'. Bukan seperti teori Darwinisme yang berpendapat asal manusia adalah kera yang berevolusi menjadi manusia. 


    Wanita dalam Al-Qur'an diciptakan dari jenis yang sama, jenis manusia, 'wa khalaqo minha jauzaha'. Maka derajat wanita dan pria sama disisi Allah Swt.


    Berbeda dengan pandangan Romawi kuno dan Mesir kuno yang menyatakan wanita bukanlah manusia tapi perhiasan sebagai pelengkap pria,  kedudukannya sama dengan hewan peliharaan seperti kuda dsb. Maka kedudukan wanita sangat rendah seperti barang yang dijual belikan. Ini berpengaruh kepada Bangsa Arab pra kelahiran Rasulullah Saw, dimana mereka merasa malu bila memiliki anak cucu perempuan hingga mereka rela mengubur hidup-hidup anak perempuan yang mereka anggap aib itu. 


    Untuk menghapus mindset diskriminasi jender seperti itu, Rasulullah memberi motivasi bahwa wanita adalah saudara kandung pria, 'syaqaiqu rijal'. "Siapa yang diuji dengan kehadiran anak perempuan, maka anak itu akan menjadi tameng baginya di neraka. (HR. Ahmad Bukhari).


    Ketiga. Hanya ada dua jenis manusia yaitu laki-laki dan perempuan-min dzakarin wa untsa. Tidak diakui ada jenis manusia ketiga yaitu laki-laki berjiwa wanita atau wanita berjiwa laki-laki yang dikenal dengan LGBT (Lesbi, Gay, Bisex, Transgender). 


    Berbeda dengan peradaban Barat atas nama HAM dan Demokrasi eksistensi LGBT diakui sebagai bagian dari pluralitas dan keragaman orientasi sexsual. Legalitas LGBT di negara Amerika,  Belanda,  Prancis dsb, menjadikan perkawinan antar sejenis menjadi marak di negera mereka. Lebih bahaya lagi LGBT ini bukan saja masalah pribadi akan tetapi menjadi sebuah gerakan internasional yang memiliki target sosial dan politik yang didukung pemilik kapital dan media. 


    Sejak awal Islam melarang umatnya berprilaku tasyabuh, saling menyerupainya laki-laki dan dan perempuan. Islam menganggap prilaku homo sebagai penyimpangan yang diluar batas. Bahkan tidak ada hukuman yang paling berat kecuali bagi pelaku homo yaitu dilemparkan dari tempat paling tinggi. 


    Kempat. Pluraritas manusia adalah sebuah fakta yang tidak bisa dipungkiri, bagian sunatullah bahwa manusia itu beranekaragam warna, bahasa, bangsa dan suku, 'wajaalnakum syuuban wa qabailna'. "Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasamu, dan warna kulitmu. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui" (Q.S. Ar-Rum : 22).


    Mejadi orang arab , orang India,  orang Afrika, orang Eropa,  orang China, orang Idonesia dengan warna dan rupa yang berbeda bukanlah pilihan. Islam mengecam keras perendahan dan pelecehan terhadap suku, nasab, ras manusia. Karena ia hakikatnya perendahan dan pelecehan pada penciptanya sendiri. 


    Namun keimanan, agama, prilaku adalah pilihan manusia. Seorang iman atau kafir,  muslim atau non muslim adalah pilihan. Islam adalah kebenaran hakiki. Karena itu Islam menerima pluralitas namun menolak pluralisme dengan makna semua keyakinan, agama adalah kebenaran. 


    Adanya perbedaan suku bangsa, rupa dan bahasa adalah bagian dari uniknya kehidupan. Satu sama lain dapat saling mengenal nasab, daerah, saling menghormati (litaarafu), bukan untuk keangkuhan dan kesombongan, (litafakharu). 


    Saling memanfaatkan tukar informasi, pengetahuan, dan hubungan ekonom, . Dalam tafsir Ashabuni disebutkan istilah rabithah insaniyah, ikatan alamiyah kemanusiaan muncul, dimana manusia saling menghormati bukan saling berperang, membunuh dan menghancurkan satu sama lain. 


    Keempat. Ikatan alamiyah antara keluarga, nasab,rabithah nasabiyah menjadi perhatian dalam islam. Silaturahmi  bermakna menyambungkan tali karabat yang terputus bagian dari kewajiban. Juga merupakan faktor yang dapat menjadi penyebab umur panjang dan banyak rizki. 


    Nabi Saw bersabda, “Ar-rahim itu tergantung di Arsy. Ia berkata: “Barang siapa yang menyambungku, maka Allah akan menyambungnya. Dan barang siapa yang memutusku, maka Allah akan memutus hubungan dengannya," (Bukhari Muslim).


    “Barang siapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi”. Muttafaqun ‘alaihi). Kerabat menjadi penting karena ada berkaitan dengan masalah perwalian, pernikahan dan warisan. 


    Kelima. Perbedaan jenis kelamin pria dan wanita, suku, bangsa, rupa dan bahasa bukanlah standar tinggi rendahnya kemuliaan sesorang. Islam menilai mulianya seseorang  dari ketaqwaanya yakni kepatuhanya terhadap hukum-hukum Allah SWT. 'Inna akramakum 'indallahinatqakum'. 


    Rasulullah Saw bersabda, “Wahai manusia, ketahuilah sesungguhnya Tuhan kalian adalah satu dan ayah kalian adalah satu, ketahuilah tidak ada keutamaan yang dimiliki oleh orang Arab atas orang non-Arab dan tidak pula orang non-Arab atas orang Arab, dan tidak pula orang berkulit hitam atas orang yang berkulit merah dan tidak pula orang yang berkulit merah atas orang yang berkulit hitam kecuali dengan ketakwaan. Apakah aku telah menyampaikannya (kepada kalian), mereka berkata: Iya, beliau berkata: hendaknya yang menyaksikan menyampaikan kepada yang tidak hadir ( HR. Ahmad).


    Disamping sebagai standar kemuliaan, ikatan taqwa yang dilandasi iman dan Islam inilah yang menjadi perekat dan tali persaudaran yang kokoh dan kuat hingga akhirat. Keberadaannya diatas ikatan insaniyah wa nasabiyah.

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    close
    Banner iklan disini