Lathief Abdallah | Foto: istimewa |
Aku sambut panggilan-Mu ya Allah, aku sambut panggilan-Mu. Aku sambut panggilan-Mu yang tidak ada sekutu bagi-Mu, aku sambut panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji dan nikmat dan kekuasaan hanyalah milik-Mu, yang tidak ada sekutu bagi-Mu.”
Demikianlah kalimat talbiyah yang dikumandangkan oleh jamaah yang akan berangkat menuju tanah suci Makkah al-Mukarramah. Berbahagialah saudara-saudara kita yang tahun ini diberi kesempatan untuk mengerjakan ibadah haji, karena tidak semua dari hamba Allah yang mendapatkan kesempatan untuk menunaikan ibadah yang agung ini.Ibadah haji merupakan sebuah ibadah dari berbagai macam ibadah yang Allah wajibkan dan Allah jadikan ibadah ini sebagai salah satu dari lima pondasi (rukun) yang dengannya akan tegak agama Islam ini.
Sesungguhnya Rasulullah telah menunaikan ibadah haji bersama para shahabatnya pada tahun ke-10 Hijriyah. Dalam moment tersebut, beliau menjelaskan kepada umatnya tentang tata cara pelaksanaan ibadah ini dan sekaligus beliau juga memberikan dorongan kepada umatnya untuk memperhatikan setiap yang diucapkan dan diamalkan oleh beliau dalam pelaksanaan ibadah tersebut.
Nabi juga memberikan semangat kepada umatnya untuk melaksanakan ibadah haji, menjelaskan tentang keutamaannya, serta menerangkan tentang janji Allah berupa pahala yang melimpah bagi siapa saja yang menunaikan ibadah haji dengan sebaik-baiknya.
Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang melaksanakan ibadah haji, kemudian dia tidak mengucapkan kata-kata yang keji atau kotor serta tidak berbuat kefasikan, maka dia akan kembali bersih (dari dosa-dosa) seperti hari ketika dia dilahirkan oleh ibunya". (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam hadis lain beliau bersabda: “Dari umrah yang satu ke umrah berikutnya adalah sebagai penghapus dosa-dosa di antara keduanya. Dan haji yang mabrur, tidaklah ada balasan baginya kecuali surga.” (Muttafaqun ‘Alaihi).
Dari hadis yang telah disebutkan di atas dan juga (dalil-dalil) yang lainnya, menjadi jelaslah bagi kita tentang keutamaan ibadah haji dan betapa besarnya pahala yang telah Allah persiapkan bagi orang-orang yang melaksanakan ibadah tersebut. Dan menjadi jelas pulalah bahwa besarnya pahala yang akan diraih itu adalah hanya bagi barangsiapa yang ibadah hajinya tergolong haji yang mabrur.
Maka bagaimanakah agar haji yang dilaksanakan itu dapat mencapai predikat haji yang mabrur? Ulama telah memberikan beberapa kiat untuk memperoleh haji yang mabrur, diantaranya adalah:Pertama, dilakukan dengan ikhlas. Dalam menunaikan suatu ibadah, setiap muslim dituntut untuk ikhlas. Demikian pula dalam berhaji, seorang muslim diwajibkan untuk terbebas dari tujuan lain selain mendapatkan ridha Allah SWT.
Tidak menghendaki/mengharapkan pujian, popularitas ataupun gelar haji selepas dirinya berhaji.Jika ternyata dirinya terhinggapi riya, sum’ah atau berbagai tendensi selain memperoleh ridha Allah, maka gugurlah pahala yang semula dijanjikan untuknya.
Kedua, berusaha melaksanakan ibadah haji sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW, dalam segala perkara, besar maupun kecil, yang hukumnya wajib maupun yang status hukumnya sunnah. Jangan menyepelekan ibadah sunnah, karena menyepelekannya mengantarkan seseorang untuk menyepelekan rukun-rukun haji yang hukumnya wajib dilakukan.Demikian pula, mereka yang berhaji hendaknya menghindari berbagai praktek ibadah yang tidak sesuai dengan tuntunan nabi dalam berhaji.
Seluruh kegiatan manasik haji telah tertuang dalam kitab-kitab hadis, kaum muslimin tinggal mengambilnya dari sumber tersebut. Oleh karenanya, setiap muslim yang hendak berhaji haruslah memiliki bekal yang memadai terkait fikih pelaksanaan haji.
Ketiga, melakukan persiapan ruhani untuk berhaji. Persiapan ruhani ini dapat ditempuh dan dibantu dengan cara: (1) Taubat nashuha. Melaksanakan haji dengan menempuh perjalanan ribuan kilometer, selain menghabiskan biaya tentu juga menguras fisik dan tenaga. Bahkan tidak menutup kemungkinan orang yang berhaji tidak mampu lagi kembali ke tengah-tengah keluarga karena Allah mewafatkan mereka disana.
Oleh karenanya, mereka yang berhaji perlu senantiasa memperbarui taubat kepada Allah akan berbagai kezhaliman yang telah dilakukan. Jika kezhaliman tersebut terkait dengan orang lain, maka hendaklah dia segera meminta maaf kepada pihak yang dia zhalimi; (2) Bersegera menunaikan hak orang lain, jika masih ada yang belum tertunaikan. Jika ada hutang, hendaknya ditunaikan segera. Hal ini agar mereka yang berhaji tidak lagi memiliki tanggungan yang dapat membebani pikiran tatkala melaksanakan ibadah haji; (3) Menggunakan harta yang halal. Salah satu nama Allah adalah ath-Thayyib (Zat yang Maha Baik).
Dengan demikian, sebagaimana disebutkan dalam hadis Allah tidaklah akan menerima kecuali amalan yang baik pula. Wajib menggunakan harta yang halal (bukan dari hasil riba, korupsi, gratifikasi, penipuan, pencurian, dan lain-lain) untuk membiayai pelaksanaan haji, karena harta yang haram dapat menghalangi pahala haji.
(4) Mencari tema saleh, dan berusah memperbaiki diri untuk menjadi lebih saleh dengan menambah pemahaman ke islaman dan berteman dengan orang - orang saleh.
ketika berhaji akan menguatkan jamaah haji karena mereka akan memotivasi ketika lesu dalam beribadah, akan mengingatkan ketika lupa menunaikan suatu kebaikan, akan menunjukkan berbagai kebaikan, dan akan memperingatkan dari berbagai keburukan.
Selanjutnyakiat yang dapat dilakukan dalam rangka memperoleh haji yang mabruradalah, meninggalkan maksiat dan berbagai hal yang diharamkan ketika berhaji. Allah SWT berfirman: Barangsiapa mengerjakan (ibadah) haji pada (bulan-bulan) itu, maka janganlah ia berbuat rafats, berbuat fasik, dan jidal dalam (melakukan ibadah) haji… (QS. Al-Baqarah: 197). Nabi SAW juga bersabda: Barang siapa berhaji sedangkan dia tidak melakukan rafats dan berbuat fasik, maka dia kembali seperti hari dia dilahirkan ibunya(HR. Bukhari).
Demikian beberapa kiat yang dapat dilakukan agar haji yang dilakukan diterima dan mabrur, terutama bagi saudara-saudara kita yang berangkat tahun ini. Amin allahumma amin.