-->
  • Jelajahi

    Copyright © Media Indosatu - Menuju Indonesia Maju
    Best Viral Premium Blogger Templates

    MERINDUI BAITULLAH

    Kabiro Sukabumi
    01 Juli 2022, 09:24 WIB Last Updated 2022-07-01T03:37:07Z
    Banner IDwebhost

     

    Lahtief Abdallah

      

    TAUSIYAH 

    Oleh : Lahtief Abdallah 

    Jum'at 01 Juli 2022

     

     

    "Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barang siapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam." (Q.S. Ali 'Imran: 97).



    Semua orang beriman sangat menginginkan untuk pergi haji dan umrah ke Baitullah. Syari'at  mewajiban melaksanakannya bagi setiap muslim sekali dalam seumur hidup. Hanya saja kewajiban terebut dibebankan kepada yang memiliki istitha'ah (kemampuan). Karena itu tidak semua umat Islam dapat melaksanakannnya.



    Pengertian istitha'ah (mampu) dalam kitab Fiqhus sunnah jilid 1 hal 531, Sayyid Sabiq menjelaskan; Pertama, memiliki bekal baik selama perjalan pulang pergi juga bekal untuk keluarga selama ditinggalkan. Kedua, badan yang sehat. Bagi yang sakit dan secara medis tidak memungkinkan untuk melaksanakan ibadah haji tidak terkatagori istitha'ah. 

     

     

    Ketiga, ada kendaraan yang bisa mengantarkan. Tentu ini bagi mereka yang jauh yang tidak mungkin dengan jalan kaki. Keempat. Kondisi dalam perjalanan aman baik dari kejahatan atau dari wabah. Karena kondisi tidak aman di musim pandemi Covid19 2020/2021 pemerintah Saudi menunda hingga dua tahun pelaksanaan ibadah haji. Untuk kontek sekarang quota haji menentukan jadwal  tunggu keberangkatan sesorang. Di suatu  daerah atau negara ada yang daftar tunggu 20 hingga 30 thn. 



    Bagaimana jika ada orang yang sangat merindui ingin bersimpuh di hadapan Baitullah. Lalu pergi dengan cara memaksakan diri untuk sampai ke Makah sedang ia tidak memenuhi standar istitho'ah. Seperti apa yang dilakukan oleh Uwes al Qarni, orang Yaman yang hidup semasa nabi namun tak sempat bertemu dengan beliau. Ia menggendong ibunya yang lumpuh dari Yaman ke Makah dengan jarak 1019 km. Hal yang sama dilakukan oleh Muhamad Khamim pemuda asal Magelang tahun 2015-2016. Ia berjalan kaki menempuh jarak ke Makah -+ 9000 km dengan waktu perjalanan satu tahun. Juga terkini tahun 2022 Fauzan dari Pekalongan pergi ke Baitullah dengan berkendaraan sepeda memakan waktu 7,5 bulan.



    Mereka yang berusaha untuk pergi ke haji dalam kondisi tidak istitha'ah hanya karena motivasi spiritual yang kuat, menurut al Imam Syeikhul Islam Abdullah Al Alawi  Al Hadad dalam kitab Nashihud Diniyah hal.188 adalah merupakan bentuk dari keimanan mereka yang sempurna, imanuhum akmalu, dan pahala mereka yang lebih besar, tsawabuhu a'dzamu. Selama tidak mengabaikan hak-hak Allah, tidak mengantarkan bahaya pada dirinya dan tidak menelantarkan hak yang ditanggungnya.



    "Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh" (QS. Al Hajj (22) ayat 27)



    Moga saudara yang telah dan sedanvmg menunaikan ibadah haji dengan mudah atau bersusah payah untuk sampai ke Baitullah, menjadi haji yang mabrur dan maqbul disisi Allah SWT.



    *Pengasuh Pondok Baitul Hamdi

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    close
    Banner iklan disini