Ketua Umum DPP LIPPI Dedi Siregar |
Jakarta, INDOSATU.ID - Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo menyampaikan secara langsung dukacita yang mendalam kepada korban Kanjuruhan Malang.
Pasca peristiwa itu, Kapolri menawarkan anak korban masuk Polisi serta memberikan beasiswa pendidikan.
Adalah M Alfiansyah (11), salah satu anak korban yang menjadi yatim piatu akibat kedua orang tuanya meninggal dunia pada tragedi di Stadion Kanjuruhan.
Tindakan dan perhatian Kapolri itu pun mendapat apresiasi dari Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Lembaga Independen Pemuda Pemerhati Indonesia (LIPPI) Dedi Siregar.
Dedi memuji sikap empati Jenderal Listyo Sigit tersebut. Menurutnya, Kapolri menunjukkan bahwa Kapolri sedang memberikan contoh kepada para jajarannya untuk melayani dan mengayomi masyarakat.
"Sikap mulia dan perhatian Kapolri Jenderal Listyo Sigit terhadap korban Kanjuruhan Malang menunjukan seorang pemimpin. Dengan mengajak jajarannya agar melayani serta menghormati nilai-nilai kemanusian. Karena teragedi Kanjuruhan adalah duka kita bersama," tutur Dedi.
Dedi menambahkan, sikap Jenderal Sigit tersebut tentu saja sangat diapresiasi oleh publik dan diharapkan bisa menjadi contoh bagi pemimpin pemimpin ditanah air.
"Kami berharap sikap yang ditunjukkan Kapolri Jenderal Listyo Sigit tetap menjadi sosok pemimpin yang membanggakan bagi institusi Polri," tuturnya lagi.
Langkah keseriusan Kapolri juga terlihat dan terbukti dengan diterjunkannya 6 Tim untuk mengusut tragedi yang menewaskan ratusan orang itu.
"Kami menilai Kapolri Jenderal Listyo Sigit terlihat sangat objektif dan serius mengusut tuntas kasus di Kanjuruhan. Agar kedepan ini akan menjadi evaluasi dalam pengamanan dalam pertandingan persepakbolaan di Indonesia," harapnya.
Sebelumnya, kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, terjadi usai kekalahan 2-3 Arema FC versus Persebaya.
Suporter Arema memasuki lapangan karena tak terima dengan hasil pertandingan yang memenangkan Persebaya.
Insiden itu direspons Polisi dengan menghadang dan menembakkan gas air mata.
Gas air mata itu ditembakkan tidak hanya kepada suporter yang memasuki lapangan, tetapi juga ke arah tribun penonton yang kemudian memicu kepanikan suporter.
Sumber: DPP LIPPI
Editor: Admin