Foto: Jacob Ereste (Dok. Pribadi) |
Penulis: Jacob Ereste
Banten, 7 Desember 2023
Persahabatan dan perkawanan menuju persaudaraan yang sejati itu harus dilandasi rasa kasih, tulus dan ikhlas serta rela membantu dan memberi ketika seorang sahabat yang sedang dalam kesusahan patut mendapat perhatian.
Seperti saudara yang sejati, tanpa pamrih dan hitung-hitungan tentang rugi atau untung.
Karenanya, sahabat yang sejati berproses dalam ikatan persaudaraan dalam ketulusan hati serta berani berkorban tanpa pamrih.
Karena itu pula tak akan ada tipu daya, untuk sekedar ngakali, apalagi khianat misalnya berjanji palsu untuk sekedar mendapat keuntungan sendiri.
Tak hanya dalam bentuk finansial -- tetapi juga dalam wujud keuntungan atau kepentingan sendiri yang lain.
Oleh karena itu, dalam kesejatian pekawanan atau persahabatan, komitmen, konsistensi serta kejujuran maupun ketulusan akan berpuncak pada kesetiaan tidak sebatas wacana atau idealisme yang disesumbarkan.
Tetapi semua telah maujud dalam makna cinta yang tidak perlu narasi atau ucapkan lisan.
Maka itu, sikap khianat, menipu, ngakali, selingkuh dan berbohong, jadi cacat dan cela yang tidak akan termaafkan sampai kapanpun.
Artinya, muatan nilai sakrarilitas dan spiritualitas yang ada di dalam jalinan perkawanan maupun persahabatan itu akab menjadi nihil, sehingga tidak lagi memilili arti apa-apa kecuali kamuflase atau kepalsuan belaka.
Begitulah nilai perkawanan dan persahabatan yang sejati akan senantiasa abadi karena terbingkai kesetiaan yang tulus dan ikhlas sehingga mampu membangun konstruksi persaudaraan tanpa jarak.
Proses serupa ini tiada beda dengan laku spiritual yang pasrah penuh rasa kegembiraan hati menuju rumah Tuhan. [Selesai]