Foto: indosatu.id |
Penulis: Jacob Ereste
Banten, 13 Desember 2022
[Bagian Pertama]
The New World Order itu sebuah praktek kebiadaban dengan tampilan bungkus membentuk kembali peradaban manusia dalam skala global di Bumi.
Begitulah birah keserakahan kapitalis -- yang tak banyak jumlahnya tetapi mengendalikan dunia, seperti sembilan kepala nega di Indonesia -- yang serakah, tamak dan rakus tak hanya harta, tetapi juga kekuasaan.
Agaknya, itulah yang ditunjukkan oleh fenomena pengusaha di Indonesia semakin berhasrat memaduki habitat penguasa. Dan penguasa -- utama bagi mereka yang sudah merasa solid dan nyaman -- birahi pula untuk menjadi pengusaha. Sehingga KKN (Kolusi, Korupsi dan Nepotisme) tumbuh sumbur di negeri ini.
Bayangkan, selevel Jendral pun justru berbisnis narkoba dan perjudian. Jadi memang The New World Order itu semakin nyata dan jelas telah merasuki ruh pejabat publik kita.
Kemarahan Bupati Kepulauan Meranti, Muhamad Adil yang meledak terhadap hingga menyebut Kementerian Keuangan (Kemenkeu) berisi setan dan iblis merupakan ekspresi nyata kekesalan setiap orang yang serius ingin mempejuangkan kepentingan rakyat.
Jadi bisa dibayangkan, seorang Bupati dari daerah yang nyaris tidak pernah diperhitungkan, begitu berani, jujur dan tulus mengungkapkan kemarahannnya -- seperti juga kemarahan rakyat yang masih tersumbat -- memaki-maki sebuah kementerian, karena Sang Bupati -- mungkin tak cuma habis sudah kesabarannya -- tetapi perlu membuka kepada publik betapa brengseknya penyelenggara kita.
Meski Sang Bupati Kepulauan Meranti ini menjadi kekecualian.
Kemarahan Bupati Kepulauan Meranti, M. Adil ditumpahkan langsung kepada Direktur Jendral Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan, Lucky Alfirman saat rapat Koordinasi Pengelolaan Pendapatan Belanja Daerah Se- Indonesia di Pekanbaru, Kamis, 9 Desember 2022.
Kemarahan Bupati Kepulauan Meranti ini didengar langsung Staf Ahli Mendagri Bidang Ekonomi Pembangunan, Laode Ahmad; Gubernur Riua, Direktur Jenderal Bina Keuangan Daerah Kemendagri, Agus Fatoni.
Sebab Kabupaten Kepulauan Meranti mampu memproduksi 8.000 barrel minyak per hari. Namun dana bagi hasil, katanya tidak jelas.
Padahal dana itu sangat dibutuhkan untuk mengentas warga miskin di Kabupaten Kepulauan Meranti.
Bayangkan, cara bisnis tidak mamusiawi itu, seperti yang dilakukan mafia Berkeley yang sudah mengunjam virus jahatnya di Indonesia.
Hingga motto yang menjadi semacam jimat mereka sangat tega untuk mengatakan bahwa pasien yang sembuh artinya adalah kehilangan pelanggan.
Artinya, semua pasien akan diupayakan untuk tetap menjadi pelanggan yang bisa dikuras kantongnya.
Jadi jelas dalam proses pengobatan ada rekayasa agar pasien tidak sungguh-sungguh hendak disembuhkan.
Bakan sangat mungkin sang pasien diberi penyakit baru dengan nilai tarif yang lebih mahal dari penyakit pasien sebelumnya.
Betapa kejinya cara busnis para kaum kapitalis ini dengan cara memposisikan sang pasien sebagai pelanggan abadi sampai mati.
Pemerasan cara dan model bisnis kapitalis ini, toh sudah dirancang sejak bertahun-tahun silam sampai hari ini yang telah lebih dipercanggih model dan gaya prakteknya di Indonesia.
Dalam papaparan sekilas diatas, jelas praktek The World Order itu tak hanya merajalela di Jakarta, tetapi juga sudah merasuk sampai Kabupaten Kepulauan Meranti, seperti kamaraham Sang Bupati yang tidak pula bebas dari berbagai resiko.
Karena itu, keberanian, kejujuran dan kecerdasan Sang Bupati patut dikawal oleh segenap komponen bangsa yang masih memiliki sisa mimpi ingin memperbaiki bangsa dan negara ini.