Bang Junaidi Nainggolan, ST | Foto: baliho saat pencalonan anggota DPRD Labuhanbatu (2019) |
Penulis: Sabar Naek Parulian Limbong
Bang Junaidi Nainggolan, ST., merupakan salah satu putra Desa Sei Penggantungan yang lolos ke kursi DPRD Kabupaten Labuhanbatu pada tahun 2019.
Kabupaten Labuhanbatu, disana terdapat sebuah desa bernama Sei Penggantungan. Desa ini terdiri dari 8 dusun dengan penduduk sekitar 8 ribu jiwa.
Sejak dulu warga desa sangat menginginkan pembangunan, maklum desa ini bisa dikatakan jauh dari pembangunan.
1,2 Triliun APBD seolah tidak tersentuh ke desa yang berada di kecamatan Panai Hilir ini.
Tiba-tiba ada secerca harapan saat beberapa putra desa Sei Penggantungan ikut mendaftarkan diri menjadi kandidat legislatif di Kabupaten Labuhanbatu (induk).
Tepatnya pada pileg 2019, kita dan kawan-kawan sepakat mendukung abangda Junaidi Nainggolan.
Segala usaha kami lakukan tanpa bayaran demi satu tekad kelak beliau mau berjuang di rapat dewan Labuhanbatu, membawa aspirasi masyarakat Desa Sei Penggantungan ke tingkat Kabupaten, Provinsi, hingga Pusat.
Pasca pileg, nama beliau diumumkan oleh KPU sebagai salah satu caleg yang lolos menjadi legislatif Kabupaten Labuhanbatu.
Tidak hanya itu, saat Musa Rajekshah terpilih menjadi Wakil Gubernur Sumut, yang juga Ketua Partai Golkar Sumut, Bang Junaidi Nainggolan juga diduga tak dapat bertindak banyak.
Dirinya diduga tidak mampu melakukan lobi-lobi politik dengan Wakil Gubernur Sumut itu.
Padahal, jabatan Ketua partai pohon beringin itu sangatlah strategis untuk menggunakan APBD Provinsi Sumut demi kehidupan masyarakat.
Atau mungkin bang Junaidi belum dan tidak pernah mengkomunikasikan penderitaan masyarakat Desa Sei Penggantungan kepada Musa Rajekshah selaku Wakil Gubernur Sumatera Utara.
Hari demi hari berlalu, komunikasi semakin kendur, jarang dan tak seindah dulu, beberapa kali saya hubungi, tidak lagi berkomunikasi seperti dulu sebelum menjadi anggota DPRD Labuhanbatu.
Perbedaan pendapat pun semakin membuat jarak yang semakin renggang. Mungkin beliau telah lupa dengan saya, begitulah ungkapan hati kecil ini.
Saat saya mendorong beliau untuk mempertanyakan anggaran 1,2 miliar untuk pembangunan jalan di desa Sei Penggantungan, beliau seolah-olah dan saya duga beliau memilih diam.
Yah, benar juga kata orang-orang, terkadang banyak yang sudah berubah, ketika seseorang mendapat tahta kekuasaan.
Atau mungkin saja beliau ibarat biji kacang yang lupa dengan kulitnya.
Bahkan, anggaran sebesar 1, 2 miliar untuk pembangunan jalan kabupaten di desa ini tidak dapat terealisasi.
Sementara pihak dinas PUPR yang kami temui di kantornya tidak dapat berkata banyak, "itu tergantung perintah adinda," ujar Kadis saat itu.
Beliau, Junaidi Nainggolan yang saya dukung sebenarnya memiliki ikatan erat dengan Bupati Labuhanbatu defenitif saat itu.
Bapak Andi Suhaimi Dalimunthe, dimana sebagai ketua partai pohon beringin, sementara Junaidi Nainggolan yang merupakan putra desa yang duduk itu juga berkader di sampan (partai) yang sama.
Ketua dan anggota, begitulah cocoknya, niat tulus masyarakat yang mendukung pun mengurangi cost politik yang dikeluarkannya.
Entalah, mungkin beliau belum sempat berhitung tentang itu.
Saya pun merasa berdosa, mengajak masyarakat memilih kucing dalam karung, ya, semoga mereka masyarakat Desa Sei Penggantungan memaafkan saya.
Semoga pesta politik ditahun 2024 kita dapat belajar dari sebelumnya, bahwa putra daerah (desa) belum tentu mau BERJUANG untuk daerahnya (desanya).
Kini desa Sei Penggantungan kembali dengan tangisannya, jalan berlumpur, jauh dari kata layak.
[Penulis adalah putra kelahiran Desa Sei Penggantungan Kabupaten Labuhanbatu, mantan Sekjen Gerakan Mahasiswa Labuhanbatu (Germalab), saat ini aktif sebagai Sekjen DPD Sumut LIPPI (Lembaga Independen Pemuda Pemerhati Indonesia), akademisi Universitas HKBP Nomensen Medan, Editor media Indosatu Network]