Foto: Sutrisno Pangaribuan (Dok. Pribadi) |
Penulis: Sutrisno Pangaribuan
Pernyataan Effendy Choirie tentang aksi penolakan sekelompok orang warga terhadap Capres Partai Nasdem, Anies Baswedan saat hendak menghadiri pernikahan di Solo sebagai rekayasa perlu disikapi.
"Nggak ada masalah, itu rekayasa semua. Nanti mereka akan capek sendiri. Nggak apa- apa, Mas Anies makin dizalimi makin bagus . Kesabarannya makin tebal, makin dicintai Allah, selanjutnya Allah akan mengabulkan doanya," ujar Gus Choi.
Pernyataan Gus Choi ini semakin menambah daftar panjang 'strategi playing victim Partai Nasdem', sejak melakukan deklarasi calon presiden.
Sejak bergaul dengan SBY, Partai Nasdem semakin tertarik menggunakan strategi yang dianggap sukses mengantarkan SBY menjadi Presiden RI dua periode. Pernyataan Gus Choi tentang aksi penolakan di Solo sebagai rekayasa justru membantu publik dalam melakukan identifikasi aksi dan pelakunya.
Berikut adalah sejumlah peristiwa yang diyakini sebagai strategi playing victim, yang sedang dimainkan untuk menjadikan Partai Nasdem dan Capresnya, Anies Baswedan berlaku sebagai korban, yaitu:
1. Aksi bentang spanduk “Jogja Tolak Politik Identitas” yang bertebaran di Kecamatan Mlati, Sleman, Yogyakarta, Rabu (16/11/2022) yang bersamaan dengan kegiatan Deklarasi Forum Kabah Membangun (FKM) di Gedung Grand Pasific Jalan Magelang, Kecamatan Mlati, Sleman, Yogyakarta.
2. Aksi penolakan Aliansi Mahasiswa Masyarakat dan Santri Kabupaten Ciamis di Gapura Selamat Datang Ciamis, Sabtu (19/11/2022) yang bersamaan dengan kegiatan Proprov Jawa Barat di Kabupaten Ciamis.
3. Aksi penolakan sekelompok orang yang tergabung dalam Gerakan Priangan Timur untuk Pemilu Damai (GPTD), Tasikmalaya, Sabtu (19/11/2022).
4. Pencabutan izin penggunaan Taman Ratu Safiatuddin yang dilakukan oleh Kadisbudpar Kota Banda Aceh pada Rabu (30/11/2022) untuk kegiatan safari politik, karena taman sedang dalam proses rehabilitasi dan perawatan.
5. Aksi penolakan kedatangan Anies Baswedan di Bundaran Lambaro, Aceh Besar, yang dilakukan oleh Aliansi Milenial Cinta Demokrasi pada Jumat (02/12/2022). Aksi yang sempat hendak memicu “tawuran” antara peserta aksi dengan dengan Garda Pemuda Nasdem tersebut tidak terjadi.
6. Aksi penolakan kedatangan Anies Baswedan di Riau yang dilakukan oleh Koalisi Mahasiswa Riau Peduli Demokrasi (KMRPD) di kantor KPU Riau Jumat (02/12/2022) tentang kegiatan safari politik Anies Baswedan di Riau.
7. Aksi sekelompok orang yang menamakan diri Masyarakat Solo Raya menolak kedatangan Anies Baswedan di Kota Solo, Minggu (25/12/2022).
8. Isu tentang perombakan kabinet yang memunculkan spekulasi tentang pencopotan sejumlah Menteri dari Partai Nasdem yang hingga saat ini belum pernah ditanggapi Presiden Joko Widodo.
Dari rangkaian peristiwa tersebut, Partai Nasdem sedang membangun “playing victim” bagi Partai Nasdem dan Capres Anies Baswedan.
Strategi ini diyakini untuk melengkapi sejumlah manuver politik dalam rangka memenangkan Pemilu 2024.
Bagi Partai Nasdem, kemenangan Pemilu 2024 menjadi tujuan utama, meskipun harus menggunakan berbagai cara.
Agar strategi “playing victim” elit Partai Nasdem ini tidak mengganggu Pemilu 2024, maka Kongres Rakyat Nasional ( KORNAS ) menyampaikan pandangan sebagai berikut:
1. Partai Nasdem maupun tim Anies Baswedan diminta untuk melaporkan berbagai aksi penolakan tersebut kepada institusi penegak hukum, untuk memastikan motif dan pelaku, bahkan aktor intelektual berbagai aksi penolakan tersebut.
2. Tuduhan Gus Choi tentang adanya rekayasa sebagaimana disampaikan dalam merespon aksi penolakan di Solo harus dibuktikan. Jika Gus Choi tidak dapat membuktikan pernyataan tersebut, maka Gus Choi sedang menebar hoax yang dapat mengganggu ketertiban umum.
3. Pernyataan Gus Choi tentang: “Mas Anies dizalimi makin bagus”, sebagai bukti bahwa Partai Nasdem sendiri justru menikmati dan menginginkan berbagai aksi penolakan tersebut. Jika aksi penolakan dianggap sebagai tindakan “zalim”, harusnya dilaporkan kepada institusi penegak hukum yang dapat menghentikan tindakan zalim, bukan malah disyukuri dan dinikmati.
4. Sebagai partai politik yang sudah ditetapkan sebagai peserta Pemilu 2024, Partai Nasdem seharusnya mematuhi jadwal dan tahapan Pemilu 2024. Perkenalan dan sosialisasi Capres dapat dilakukan secara internal, kecuali Partai Nasdem ingin mengambil dua peran sekaligus, yakni menjadi partai politik dan organisasi relawan Capres Anies Baswedan.
5. Hingga saat ini, Presiden Joko Widodo belum pernah menyebut akan melakukan perombakan kabinet. Perombakan kabinet justru sengaja dihembuskan oleh elit Partai Nasdem sendiri dalam strategi “playing victim”.
Strategi ini berhasil digunakan SBY dicopot dari Menteri oleh Presiden Megawati Soekarnoputri dalam memenangkan Pilpres 2004.
Pemungutan Suara Pemilu 2024 akan berlangsung 413 hari lagi, KPU baru saja menyelesaikan tahapan penetapan partai peserta Pemilu 2024.
Tahapan pencalonan Presiden dan Wakil Presiden oleh partai politik atau gabungan partai politik berlangsung 19 Oktober 2023 sampai dengan 25 November 2023.
Maka partai politik seharusnya mematuhi seluruh tahapan dan jadwal Pemilu 2024 yang sudah ditetapkan KPU RI.
Jika kemudian Partai Nasdem menjadi satu-satunya partai politik yang sudah keliling memperkenalkan dan sosialisasi Capres 2024, maka sesungguhnya Partai Nasdem sedang mengambil peran atau berubah menjadi organisasi relawan atau simpatisan Capres.
Mungkin Partai Nasdem ingin mengambil keuntungan politik dari para pendukung dan loyalis Anies Baswedan, sehingga harus menegaskan diri sebagai partai pertama dan utama pengusung dan pendukung Anies Baswedan.
[Penulis adalah Presidium Kongres Rakyat Nasional (KORNAS)]