-->
  • Jelajahi

    Copyright © Media Indosatu - Menuju Indonesia Maju
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Menilik Kembali Seminar Sehari Lintas Daerah Pomparan Limbong Mulana di Bogor Jawa Barat

    Redaksi
    02 Februari 2023, 04:25 WIB Last Updated 2023-02-01T21:38:20Z
    Banner IDwebhost

    Tampak para peserta seminar sedang serius mendengar pemaparan dari narasumber | Foto: Japos.co


    Medan, INDOSATU.ID -
    Beberapa waktu lalu, keturunan marga Limbong mengadakan seminar sehari lintas daerah di Bogor, Jawa Barat (Jabar).

    Seminar itu diadakan di Lor in Hotel, Sentul, Bogor, Jabar, pada Sabtu 26 November 2022.

    Kegiatan akbar tersebut berlangsung dengan baik dan lancar. Sekitar seratusan peserta turut hadir dari berbagai daerah untuk mengikuti seminar sehari tersebut.

    Seminar yang digagas oleh kumpulan Limbong Mulana Sejabodetabek dan Serang ini telah menghasilkan keputusan bersama, yaitu mempererat dan memperkokoh punguan (perkumpulan) antar lintas daerah kumpulan Limbong Mulana (Marga Limbong).


    Baca Juga: Presidium Kornas: Ganjar Pranowo, Patuh dan Setia Kepada PDIP


    Pada kesempatan itu, beberapa tokoh marga Limbong yang notabene ketururan Limbong Mulana turut dihadirkan.

    Adapun diantaranya, yaitu: Brigjend TNI Ramses Limbong, SIP, MSi., Pdt DR Sukamto Limbong, Robert Limbong, SH, MH., Saut Limbong, SE., mewakili dari bona pasogit Sianjur Mula-mula Kabuptaen Samosir, sebagai daerah asal keturunan Limbong Mulana.

    Mereka yang menjadi peserta seminar juga berasal dari beberapa daerah, antara lain: Surabaya, Bandung Raya, Subang, Purwakarta, Karawang, Cikampek, Lampung, Samosir, dan tuan rumah Limbong Mulana Sejabodetabek dan Serang.

    Ketua panitia pelaksana, Carles Limbong, SE., yang juga Ketua II yang membidangi organisasi Perkumpulan Limbong Mulana Sejabodetabek Serang, mengatakan, kegiatan seminar antar lintas daerah ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menguatkan persaudaraan Limbong Mulana antar wilayah agar tetap kokoh dan tidak tercerai berai.


    Baca Juga: Misteri Penemuan Mayat Perempuan Tanpa Busana di Sukabumi Terkuak


    Diketahui kemudian, beberapa waktu lalu, beberapa kumpulan marga mengalami perpecahan, hal ini diduga akibat sikap ego yang ditimbulkan petinggi marga itu sendiri.

    Seyogyanya, perbedaan pendapat hal yang wajar sebagai umat manusia. Namun, tidaklah elok jika perbedaan pendapat tersebut menjadi pasal perpecahan dalam kumpulan sebuah kumpulan marga.

    Lasidos Limbong, yang merupakan anggota DPRD Kabupaten Samosir, sebagai peserta seminar memberikan pemaparannya terkait Limbong Mulana dan situasi kondisi di kampung halaman Limbong Mulana yang berada di Samosir.

    Carles Limbong, SE., pada pembukaannya mengatakan, "Nurani Limbong Mulana Sejabodetabek dan Serang yang menjadi barometer kumpulan Limbong Mulana Se-Indonesia terpanggil untuk merajut kembali hubungan yang harmonis dan penguatan sesama marga Limbong," tutur Carles, selaku ketua panitia pelaksana seminar.


    Baca Juga: Bupati Humbahas Resmikan Gedung dan Pelayanan Hemodialisa di RSUD Dolok Sanggul


    "Dasar keprihatinan itulah menginisiasi seminar sehari dengan tema 'Pasombu Sihol, Pasada Tahi'," tuturnya lagi.

    Acara akbar dalam seminar ini tentulah diapresiasi kumpulan marga Limbong dari berbagai daerah, pasalnya, acara ini memiliki tujuan yang baik, terkhusus bagi marga Limbong itu sendiri.

    Beberapa anggota peserta seminar diabadikan di sela-sela acara | Foto: Japos.co

    Saut Limbong, SE., dalam paparannya mengatakan, "Persoalan-persoalan lain di bona pasogit terkait peningkatan ekonomi masyarakat setempat, berharap kumpulan Limbong Mulana yang ada di perantauan dapat berkontribusi membangun budaya dan wisata di Sianjurmula-mula," ucapnya.

    Robert Limbong, yang merupakan hakim tinggi di Provinsi NTT ini mengingatkan keberadaan kumpulan Limbong lintas wilayah, agar tetap mengedepankan persatuan dan kesatuan yang tidak telepas dari norma-norma dalihan na tolu, yang telah ditetapkan moyang orang Batak, termasuk nenek moyang marga Limbong.


    Baca Juga: Dewan PBB Diminta Periksa KPK RI Atas Dugaan Pelanggaran HAM Terhadap Lukas Enembe


    "Pembentukan organisasi yang lebih besar dan luas memerlukan kesepakatan kebersamaan untuk menyatukan satu persepsi dari tujuan organisasi itu," urainya.

    Dengan adanya kesatuan persepsi, tentunya akan menghindari konflik antar pihak yang terlibat dikemudian hari.

    Selain itu, Robert juga mengatakan perlunya pembuatan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART), yang nantinya akan menjadi acuan dalam menjalankan roda organisasi Limbong Mulana tersebut.

    Generasi Limbong jaman digitalisasi saat ini dalam menyambut Indonesia 100 tahun pada tahun 2045 dapat sebagai kunci untuk mengikis perilaku elat (iri), late (dengki), teal (munafik), khusunya di perkumpulan Limbong.


    Baca Juga: Ketua APDESI dan LIPPI Sumut Diskusi Bersama Kesbangpol Deli Serdang


    Dengan demikian, nantinya menjadi modal dalam persaingan global dalam menjalankan organisasi Limbong Mulana tersebut.

    Hal itulah yang diungkapkan salah satu tokoh Limbong Mulana, Brigjen TNI Ramses Limbong.

    Lanjut Ramses, kesiapan marga Limbong sebagai asset bangsa harus dimulai dari sekarang menuju tahun 2045.

    Tentunya hal itu tidak terlepas dari adanya kejujuran, sikap pekerja keras dan kepintaran.

    "Hambatan yang selama ini yang menjadi perpecahan suatu organisasi marga, menurutnya tidak terlepas dari sifat elat (iri), late (dengki), teal (munafik), kurang wawasan, kurang komunitatif, kurang percaya diri, dan kurang mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang berbeda pada suatu komunitas," jelas Brigjend TNI Ramses Limbong, SIP, MSi., yang saat ini bertugas sebagai Kepala Pusat Konstruksi Baranahan di Kementerian Pertahanan RI.


    Baca Juga: Program Si Jempol Lentik Disdukcapil Kota Sukabumi Bersama Kelurahan Gunung Puyuh Terus Ditingkatkan dan Dikembangkan


    Menurut Ramses, kumpulam Limbong Mulana perlu memperkuat peran keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang.

    Selain itu, juga menanamkan nilai-nilai moral, dan pembentukan kepribadian individu.

    Masih lanjutnya, perlu meningkatkan tingkat pendidikan yang berlandaskan pada Filosofi 'Anakhon hi do hamoraon di ahu' (dibaca; Anakkon ki do hamoraon di au).
    Jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia, 'Anakhon hi do hamoraon di ahu', yang artinya: 'Anakku adalah harta yang berharga bagiku'.

    Lanjutnya, juga harus mempertahankan warisan budaya batak, yaitu 'Dalihan Natolu'.

    Menurut informasi yang berhasil dihimpun dari sumber terpercaya, 'Dalihan Natolu' atau 'Tungku Nan Tiga' yang merupakan lambang dari sistem sosial masyarakat Batak yang juga mempunyai arti 'Tiga Tiang Penopang', merupakan filosofi kehidupan orang Batak, yang diuraikan sebagai berikut:

    1. Somba marhula-hula (Hormat kepada saudara laki-laki marga istri),
    2. Elek marboru (Berlaku lembut kepada saudara perempuan marga kita),
    3. Manat mardongan tubu (Bersikap hati-hati kepada saudara semarga),

    Baca Juga: Food Estate Humbahas Dinilai Gagal, LBP: Butuh Proses, Tak Bisa Seperti Main Sulap


    Ramses juga menambahkan, agar keturunan Limbong Mulana khususnya kumpulan Limbong dapat menggunakan fitur teknologi informasi untuk hal-hal yang positif, dan menunjang kekerabatan, dengan berpedoman pada etika berkomunikasi, serta memahami bahwa keberagaman adalah keniscayaan.

    "Inilah landasan yang harus diproses Limbong menuju 2045," jelas perwira tinggi TNI itu.

    Pendeta DR Sukanto Limbong, yang hadir sebagai narasumber dalam seminar tersebut merupakan akademisi pengajar di Sekolah Tinggi Theologia (STT) HKBP Pematang Siantar.

    Ia memaparkan, Limbong memang diciptakan dengan bobot berbeda, karena dekat dengan peradaban orang Batak di Sianjur Mulamula.

    "Merajut kasih persaudaraan sangat penting di dalam keluarga besar Limbong Mulana," ujar Sukamto.

    Dalam paparannya, Pendeta Sukanto mengutip Firman Tuhan dari Mazmur 133.

    Pada ayat satu dikatakan, Alangkah baiknya dan senangnya, kalau umat Allah hidup rukun.

    "Kerukunan itu tentunya seperti merajut kasih persaudaraan sama seperti merangkai nyanyian. Ada nada tinggi, rendah, mayor, dan minor. Semua nada akan indah kalau kita setia menjaga harmoni," jelasnya.


    "Seperti halnya dalam filosofi 'Dalihan Natolu'. Somba marhulahula, elek marboru dan manat mardongan tubu. Ketiga peran masing-masing harus saling menghargai fungsi masing-masing pula, sehingga tatanan itu berjalan dengan baik," jelasnya lagi.

    "Limbong lahir dari nenek moyang pendoa, orang bijak, menekankan perlunya merajut kasih persaudaraan dengan penguatan doa dan peran keluarga," tandas Sukanto.

    Sementara itu, Berman Limbong, SH, MH., sebagai moderator acara seminar tersebut, yang juga Ketua Umum Limbong Mulana Sejabodetabek dan Serang, membuat tiga kesimpulan dalam seminar sehari lintas daerah tersebut.

    Pertama, satahi saoloan (seiya sekata) memperdayakan potensi yang ada di huta (kampung) Limbong, khususnya bidang budaya dan pariwisata, untuk meningkatkan taraf kehidupan perokonomian masyarakat di Kampung Limbong.

    Kedua, seluruh peserta seminar dan narasumber bersepakat untuk menggalakkan sada tahi sada oloan (seiya sekata), untuk memajukan huta (kampung) Limbong melalui Yayasan Limbong Mulana.

    Ketiga, Punguan Limbong Mulana (Perkumpulan Marga Limbong) Se-Indonesia akan dibahas di kemudian hari.


    Masih kata Berman, ia berharap kepada semua yang hadir agar tetap menjaga persaudaraan sesama marga Limbong, agar terjalin dengan baik.

    Tentunya kumpulan masing-masing di daerah mempunyai aturan yang sudah ditetapkan sesuai koridor aturan itu sendiri, demikian kata Berman.

    Pada kesimpulan seminar tersebut, ada dua hal penting yang menjadi keputusan bersama, yang pertama, menentukan titik nol peradaban orang Batak di Sianjur mulamula, dimana adanya komunitas lain yang sudah menentukan titik nol peradaban orang Batak.

    Kedua, peresmian tugu (monumen) Limbong Mulana yang ada di bona pasogit.

    "Tentu ini menjadi PR (tugas) lanjutan seminar yang akan dilanjutkan dikemudian hari. Kesehatian dan kebersamaan Limbong Mulana Sejabodetabek dan Serang tidak terlepas dari 'tag line' yang menjadi ikon Limbong Mulana Sejabodetabek dan Serang, yaitu 'Limbong Mulana, tak terpisahkan dari kasih Allah'," ungkapnya.

    "Biarlah kasih Allah yang ada pada diri kita dapat merajut dan merangkai kembali persaudaraan kedepannya," pungkas Berman Limbong.

    Sumber: Japos.co
    Editor: Lian

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    close
    Banner iklan disini