-->
  • Jelajahi

    Copyright © Media Indosatu - Menuju Indonesia Maju
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Mengenal Situs Bongal, Artefak Dunia Islam Tertua di Sumatera Utara

    Redaksi
    25 Juni 2023, 15:26 WIB Last Updated 2024-02-17T01:57:56Z
    Banner IDwebhost

    Mengenal Situs Bongal, Artefak Dunia Islam Tertua di Sumatera Utara

    Medan, INDOSATU.ID - Nama Bongal adalah nama sebuah bukit dengan ketinggian sekitar 324 meter di atas permukaan laut (DPL). Terletak di Desa Jago-jago Kecamatan Badiri Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumatera Utara (Sumut).

    Dilansir dari penuturan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu), di sekitar kaki Bukit Bongal mengalir sebuah sungai yang disebut dengan nama Sungai Lumut.

    Sungai ini mengalir dan bermuara ke Teluk Tapian Nauli (Tapanuli). Beberapa material alam yang diendapkan oleh aliran Sungai Lumut menuju muara, membentuk dataran pasang surut di kaki Bukit Bongal.

    Saat ini, dataran aluvial yang terbentuk di kaki Bukit Bongal, didominasi oleh tanaman nipah.

    Beberapa pada bagian dari hutan nipah yang mendominasi dataran aluvial tersebut, telah ditanami sejumlah tanaman komersial seperti karet dan kelapa sawit oleh masyarakat setempat, Desa Jago-jago.


    Menurut informasi yang diterima dari Disbudpar Pemprovsu, penemuan objek purbakala di Bongal ini diawali akibat langsung dari aktivitas penambangan emas oleh masyarakat di lokasi yang sama.

    Disbudpar Pemprovsu yang melakukan peninjauan dan pendokumentasian di lokasi kawasan sekitar Bukit Bongal didapati sejumlah data arkeologis berupa ragam jenis artefak, ekofak, dan dimungkinkan sisa struktur bangunan kayu.

    Di antara jenis-jenis artefak yang telah didokumentasi oleh tim dari Balai Arkeologi Sumatera Utara, menjadi petunjuk awal asal dari data arkeologis tersebut, yang meliputi kawasan Asia Barat (Timur Tengah), Asia Selatan (India), dan Asia Timur (Cina).

    Selain keragaman asalnya, materia artefak yang ditemukan anggota masyarakat Jago-jago juga menunjukkan keragaman bahannya antara lain tembikar, keramik, batu, kayu, dan berbagai jenis logam (emas, perak, timah, tembaga, dan perunggu).

    Keberagaman jenis data arkeologi yang ditemukan para penambang emas yang dilakukan masyarakat setempat di kawasan Bongal merupakan petunjuk awal aktivitas manusia masa lalu di kawasan Teluk Tapian Nauli pada khususnya Pantai Barat, Sumatera Utara pada umumnya.


    Sayangnya, keberagaman data arkeologis tersebut ditemukan dalam bentuk telah terlepas dari konteks arkeologisnya.

    Dari temuan dengan kondisi sedemikian rupa, dinilai mustahil untuk mengungkap lebih jelas berbagai aspek kehidupan manusia masa lalu di situs Bongal.

    Padahal jika diteliti secara sistematis, akan berpotensi memberi perspektif baru dalam kesejarahan Indonesia.

    Keberagaman jenis produk manufaktur mancanegara dikawasan Teluk Tapian Nauli pada masa lalu hanya dimungkinkan lewat aktivitas perniagaan lintas lautan tau samudera (maritim).

    Jika dibanding dengan situs-situs di Barus (Lobu Tua dan Bukit Hasang), yang berasal dari abad ke-9 M hingga abad ke-17 M, tidak menutup kemungkinan data arkeologis dari situs Bongal berasal dari masa yang lebih tua.


    Indikasi itulah yang menjadi salah satunya terwujud lewat temuan sejumlah koin-koin kuno Timur Tengah dari abad ke-7 M hingga abad ke-9 M (Masehi).

    Menurut penjelasan Tim Arkeologi Sumut, kawasan yang merupakan lokasi Teluk Tapian Nauli adalah suatu kawasan yang menarik untuk dijadikan bahan kajian arkeologi maritim.

    Tidak hanya itu, potensi kepurbakalaan yang telah terungkap di Situs Bongal juga menunjukkan bahwa kawasan tersebut dinilai merupakan salah satu simpul penting dalam perniagaan maritim.

    Sayangnya, data arkeologis yang diperoleh dari kawasan tersebut belum bisa untuk menggambarkan fungsi dan perjalanan sejarahnya di masa lalu.

    Salah satu kesimpulan yang didapat tentang peninggalan purbakala di Bukit Bongal, diperoleh bahwa arca Ganesa yang ditemukan di bukit tersebut menjadi bukti sekaligus pengenalan akan kehadiran masyarakat Hindu di pesisir barat Sumatera Utara.


    Balai Arkeologi Sumut yang melakukan peninjauan terhadap situs kepurbakalaan di Desa Jago-jago menunjukkan bahwa situs ini terkait secara langsung dengan pelayaran dan perniagaan dengan Timur Tengah, India, dan Cina.

    Data awal yang menjadi petunjuk dari lokasi, didapat dari identifikasi data arkeologis dari situs Bukit Bongal yang telah didokumentasi, mengisyaratkan bahwa situs ini bisa jadi adalah situs yang menyimpan bukti tertua interaksi antara kawasan Nusantara dengan tempat asal dan tumbuh kembang awal Islam, yakni Timur Tengah.

    Selain itu, hal lain yang berpotensi bisa diungkap adalah bentuk aktivitas kemaritiman kuno, didapat dari petunjuk awalnya, antara lain berupa papan-papan kayu perahu kuno dan kemungkinan struktur kayu yang berfungsi sebagai dermaga.

    Balai Arkeologi Sumut dalam peninjauannya di lokasi menyampaikan, sejumlah potensi di lokasi sangat menjanjikan, namun akan menjadi sia-sia jika matriks dan konteks data arkeologis dari Bukit Bongal tidak dilindungi.

    Situs Bongal ini juga merupakan satu tempat yang akan mengubah historiografi (kesejarahan) Indonesia.


    Data arkeologis yang berhasil diungkap menunjukkan bahwa bukti-bukti awal interaksi para penghuni Kepulauan Nusantara dengan berbagai kawasan dunia lama yang telah memiliki peradaban tinggi seperti Timur Tengah, India, dan Cina.

    Hasil analisis pertanggalan menggunakan metode AMS didapat rentang angka tahun yang cukup tua, yang menjadi petunjuk kuat bahwa situs Bongal telah aktif dalam arus pelayaran dan perniagaan dunia sejak abad ke-6 M, hingga abad ke-10 M.

    Konsekuensi logis dari munculnya hasil pertanggalan absolut tersebut adalah situs purbakala dalam kurun sejarah tertua bukan lagi situs Lobu Tua (Barus), tetapi situs Bongal (di Desa Jago-jago).

    Mengingat data arkeologis tertua dari situs Lobu Tua (Barus) yang telah dianalisis pertanggalannya secara absolut berasal dari abad ke-9 M; sementara pertanggalan tertua di situs Bongal berasal dari abad ke-6 M.

    Situs Bongal sejauh ini adalah satu-satunya situs di Nusantara yang mengandung bukti tertua interaksi kawasan kepulauan ini dengan kawasan asal Islam (Timur Tengah).


    Bukti itu terwakili oleh keberadaan koin-koin perak (Dirham) dari para pemimpin daulah Umayyah dan Abbasyah, yang berasal dari kurun abad ke-7 M, hingga ke-9 M.

    Data lain yang memperkuat interpretasi telah terjalinnya interaksi antara Bongal dengan Timur Tengah sedini masa awal Islam adalah artefak-artefak yang bertitimangsa relatif dari abad ke-7 hingga ke-9 M, antara lain gerabah halus berglasir dari Persia dan wadah-wadah berbahan kaca yang diproduksi di kawasan Syam (Suriah).

    Selain bukti budaya Timur Tengah dan Cina, di situs Bongal juga ditemukan bukti pengaruh kebudayaan India, yang terwakili antara lain melalui pertulisan pada berbagai media, seperti kayu dan timah.

    Data epigrafis (pertulisan) tertua yang didapati di situs Bongal adalah prasasti kayu bertulis aksara Pallawa yang berasal dari abad ke-7 M.

    Mengenal Situs Bongal, Artefak Dunia Islam Tertua di Sumatera Utara

    Perkembangan lebih lanjut, di situs Bongal juga ditemukan lembaran-lembaran timah bertulis, yang ditinjau dari segi paleografinya diperkirakan berasal dari rentang abad ke-8 sampai abad ke-9 M.

    Muatan prasasti-prasasti timah dari situs Bongal adalah mantra yang ditulis dalam aksara pasca Pallawa (Sumatera Kuno) dan dalam bahasa Melayu Kuno dan Sanskerta.

    Jika ditinjau dari keragaman temuan dan masanya, jelas situs Bongal adalah kekayaan budaya yang tak ternilai harganya, baik bagi Kabupaten Tapanuli Tengah sendiri, Provinsi Sumatera Utara sendiri, republik kita Indonesia sendiri, namun sebenarnya ini adalah situs warisan dunia.

    Namun, upaya untuk menjadikan situs Bongal sebagai satu warisan dunia masih memerlukan langkah-langkah taktis dan strategis agar hal itu bisa terwujud.

    Masalah utama bagi situs Bongal adalah kelestarian lokasi dan benda-benda yang ada di dalamnya.


    Untuk saat ini, aktivitas masyarakat yang melakukan penggalian di situs Bongal boleh dibilang sangat masif, setiap hari data arkeologis ditemukan dari lubang-lubang gali itu tanpa bisa dibendung oleh aparat penegak hukum.

    Selain lokasinya, benda-benda yang berasal dari situs Bongal juga banyak yang sudah berpindah tangan di masyarakat luas hingga ke luar dari Bongal sendiri.

    Potensi situs Bongal di Desa Jago-jago, dinilai dapat sebagai tempat penelitian purbakala maupun sebagai tujuan wisata budaya sangat besar.

    Namun kendala besar tampak jelas di depan mata, sehingga diperlukan langkah-langkah nyata agar potensi itu bisa dimanfaatkan dan lestari adanya.

    Untuk itu perlu kiranya dibuat satu site museum (museum situs) di Bongal sebagai tempat penyimpanan dan konservasi temuan-temuan purbakala dari situs ini.

    Mengingat ragam temuan dari Bongal yang selama ini berada di galeri Desa Jago-jago, tempatnya sangat kurang representatif, dikhawatirkan justru menjadikan data penting itu menjadi rusak.

    Source: Disbudpar Pemprov Sumut
    Editor: Admin
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    close
    Banner iklan disini