Terkait Surat Panggilan Polisi Kepada Orang Meninggal, Begini Kata Anggota DPR RI Junimart Girsang |
Medan, INDOSATU.ID - Salah satu anggota DPR RI Junimart Girsang turut menanggapi sebuah video yang viral di media sosial (medsos).
Wakil Ketua Komisi II DPR RI ini mengungkapkan, warga bernama Bertah Sembiring meninggal dunia akibat serangan jantung karena menerima intimidasi dari mafia tanah yang dilaporkan almarhum ke Kepolisian Resor (Polres) Binjai dalam kasus penyerobotan lahan.
Namun kemudian almarhum mendapat surat panggilan dari kepolisian Polres Binjai. Surat tersebut diterima oleh keluarga almarhum Bertah Sembiring.
Mendapat surat panggilan tersebut, keluarga almarhum merasa sangat sedih. Akhirnya mereka mengantarkan surat panggilan dari kepolisian itu ke makam almarhum Bertah Sembiring.
Pengantaran surat panggilan itu ke makam almarhum turut diabadikan beberapa rekan almarhum yang kemudian viral di media sosial.
Video tersebut menuliskan pada keteranganya bahwa orang yang sudah meninggal mendapat surat panggilan dari Polres Binjai.
"Setelah laporan itu dibuat, tidak ada tindak lanjut dari polisi. Almarhum bahkan nyaris menjadi korban penganiayaan sejumlah orang tidak dikenal (OTK) yang diduga tidak terima atas pelaporan itu," tuturnya dalam siaran persnya, Senin (12/6/2023), disadur dari laman kompas.
"Akhirnya korban mengalami serangan jantung dan jatuh sakit. Dia meninggal dunia pada Maret 2023, eh panggilan untuk pemeriksaannya baru datang pada Kamis, 8 Juni 2023 dari Polres Binjai," sebut Junimart.
Legislator dari Sumut ini yang juga Ketua Panitia Kerja (Panja) Mafia Tanah Komisi II DPR RI itu pun menilai kasus itu menjadi bukti beruntun buruknya pelayanan dan hukum oleh Kepolisian Republik Indonesia (Polri) di Sumut.
"Polisinya tidak tertib. Jadi kalau di bawah tidak tertib, ya Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda)-nya juga tidak tertib. Bagaimana tidak, kapolda-nya sibuk pencitraan terus," ungkap Girsang.
Kader PDIP ini pun menilai bahwa ada pembiaran di balik peristiwa tersebut. Sebab, Bertah yang menjadi korban mafia tanah membuat laporan atas penyerobotan lahan miliknya ke Polres Binjai Januari 2023, tetapi tidak kunjung ditindaklanjuti.
Pada video viral itu, tampak sejumlah orang tengah berada di dekat makam bernama 'Bertah Sembiring'. Mereka terduduk sambil menangis. Ada lebih dari dua orang yang datang ke makam tersebut.
Lanjut Junimart, ia meminta perhatian khusus dari Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, dirinya berharap Jenderal Listyo mampu lebih peka terhadap kondisi pelayanan hukum di wilayah Sumatera Utara.
"Saya berharap ada atensi khusus dari Kapolri tidak hanya pada kasus ini saja tetapi untuk semua masalah hukum, baik itu penindakan dan pelayanan masyarakat di Sumut," harapnya.
Ia pun meminta agar Kapolri segera mengevaluasi dan mencopot seluruh Kapolres yang tidak tertib hingga Kapolda Sumut jika terbukti bermain-main dalam pelayanan dan penegakan hukum kepada masyarakat.
"Segera saja dievaluasi semua Kapolres di Sumut ini, begitu juga dengan Kapolda-nya copot segera karena saya menilai sesuai fakta bahwa Kapolda Sumut sudah tidak bisa dipertahankan lagi, kecuali Kapolri memang ada kedekatan pribadi ya, mungkin itu lain hal," kata Junimart.
Selain kasus tanah, ia juga menyoroti terkait maraknya aktivitas peredaran narkoba dan perjudian di sejumlah kota di Provinsi Sumut. Ia menilai aktivitas terlarang itu sekarang sudah tampak kasat mata.
"Sudah semakin parah kalau saya perhatikan Sumut ini sekarang, banyak tempat mulai dari bangunan permanen hingga semi permanen yang dijadikan sebagai lapak atau markas tempat berlangsungnya jual beli dan konsumsi narkoba," ujarnya.
Baca Juga: Pemprov Sumut Diduga Membeli Lahan Rp 457 Miliar Disaat Warga Labuhanbatu Berjalan di Atas Lumpur
Masih kata Junimart, di tempat lokalisasi itu para pelaku menyediakan layanan perjudian menggunakan mesin judi dingdong atau slot. Junimart pun menduga ada campur tangan oknum-oknum kepolisian di balik tumbuh suburnya peredaran narkoba dan perjudian di Sumut.
"Khusus untuk lapak atau markas narkoba dan perjudian ini, semua tampak kasat mata, tetapi kenapa tidak ditindak, ada apa? Jangan-jangan ada saham atau setoran bagi hasil untuk oknum tertentu di balik itu semua. Konsistensi Presisi itu ternyata hanya slogan pemanis saja," pungkas Junimart. (Red)