Mas Pulung | Foto: mitratani |
INDOSATU.ID - Negara Indonesia merupakan negara agraris. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk yang menggeluti sektor pertanian di berbagai bidang.
Di antaranya pelaku usaha pertanian atau petani, tenaga kerja pertanian, expert, bahkan tak sedikit yang menjadikan pertanian sebagai sampingan di sela-sela pekerjaan utama.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Secara nasional jumlah petani periode 2019 mencapai 33,4 juta orang di Indonesia.
Baca Juga: Sengketa di Desa Mekarsari Kabupaten Sukabumi, Ini Penjelasannya
Dari jumlah sebanyak itu, petani muda di Indonesia yang berusia 20-39 tahun hanya 8 persen, setara dengan 2,7 juta orang di seluruh Indonesia.
Persentase ini menggambarkan bahwa regenerasi petani nampaknya akan menjadi masalah pangan apabila terus dibiarkan, pasalnya petani mudanya hanya sekitar 8 persen dari total petani yang ada dari Sabang sampai Merauke.
Jika tadi disinggung banyak yang menggeluti sektor pertanian sebagai sambilan, tapi tidak buat pemuda yang akrab dipanggil Mas Pulung ini.
Baca Juga: Transaksi Politik Busuk Revisi UU Desa
Dilansir dari laman mitratani.com, pada Rabu (19/7/2023) seorang mantan mahasiswa bernama lengkap Pulung Widi Handoko memilih bertani usai menamatkan kuliah di Fakultas Pertanian.
Pemuda berusia 25 tahun ini berasal dari Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, pertanian menjadi pekerjaan utama baginya.
Ia bukanlah pria yang putus sekolah tetapi seorang sarjana pertanian dari salah satu perguruan tinggi ternama di Indonesia ini, Universitas Gajah Mada (UGM).
Dilansir dari laman mitratani.com, pada Rabu (19/7/2023) seorang mantan mahasiswa bernama lengkap Pulung Widi Handoko memilih bertani usai menamatkan kuliah di Fakultas Pertanian.
Pemuda berusia 25 tahun ini berasal dari Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, pertanian menjadi pekerjaan utama baginya.
Ia bukanlah pria yang putus sekolah tetapi seorang sarjana pertanian dari salah satu perguruan tinggi ternama di Indonesia ini, Universitas Gajah Mada (UGM).
Baca Juga: Memikat Wisatawan Dengan Pesona Pasar Tomok Sumatera Utara
Awalnya ia menanam cabai rawit, panennya cukup melimpah, ia pernah mendapat omset rata-rata 70 juta rupiah setiap sekali panen.
Menurut informasi yang dihimpun, Widi Handoko sangat tertarik dengan dunia pertanian sejak kecil.
Hidup di keluarga yang bergelut dalam dunia pertanian membuat darah pertanian pada dirinya telah melekat sejak usia dini.
Baca Juga: Bupati Nias Barat Khenoki Waruwu Hadiri Groundbreaking SMA Plus Negeri 2 Lahomi
Tak sekedar motif membantu orang tua, namun juga belajar di sektor yang konon serba tak pasti ini.
Saat masa SMA pun dimana anak-anak remaja sebayanya asyik nongkrong, pacaran dan berkumpul-kumpul, ia malah sudah rutin terjun langsung untuk mengelola lahan pertanian.
Awalnya ia menanam cabai rawit, panennya cukup melimpah, ia pernah mendapat omset rata-rata 70 juta rupiah setiap sekali panen.
Menurut informasi yang dihimpun, Widi Handoko sangat tertarik dengan dunia pertanian sejak kecil.
Hidup di keluarga yang bergelut dalam dunia pertanian membuat darah pertanian pada dirinya telah melekat sejak usia dini.
Baca Juga: Bupati Nias Barat Khenoki Waruwu Hadiri Groundbreaking SMA Plus Negeri 2 Lahomi
Tak sekedar motif membantu orang tua, namun juga belajar di sektor yang konon serba tak pasti ini.
Saat masa SMA pun dimana anak-anak remaja sebayanya asyik nongkrong, pacaran dan berkumpul-kumpul, ia malah sudah rutin terjun langsung untuk mengelola lahan pertanian.
Baca Juga: Mahasiswa di Medan Desak Polisi Tuntaskan Kasus Kematian Mahasiswa USU
Di masa duduk di bangku perkuliahan, hampir tiap hari rutin pulang pergi dari Magelang - Jogjakarta untuk memastikan lahan yang dikelolanya dapat optimal.
Seolah dunia pertanian telah menjadi jiwanya yang masih terhitung muda, rutinitas tersebut dilakukannya sampai lulus kuliah.
Di masa duduk di bangku perkuliahan, hampir tiap hari rutin pulang pergi dari Magelang - Jogjakarta untuk memastikan lahan yang dikelolanya dapat optimal.
Seolah dunia pertanian telah menjadi jiwanya yang masih terhitung muda, rutinitas tersebut dilakukannya sampai lulus kuliah.
Baca Juga: Bupati Labura Hendri Sitorus Terima Penghargaan MKK Dari BKKBN RI
Total lahan yang digarapnya berkisar 15 hektare (Ha). Lahan itu tersebar di beberapa lokasi dengan mepekerjakan total 50 orang karyawan.
Pada teknisnya, penanaman tidak dilakukan secara bersamaan, hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinanan yang tidak diharapkan seperti fluktuasi harga, kegagalan budidaya ataupun pembengkakan modal.
Perbedaan waktu tanam dan pemilihan komoditas itu sangat berdampak pada perputaran ekonominya, karena bisa dipastikan setiap hari akan memperoleh hasil panen.
Total lahan yang digarapnya berkisar 15 hektare (Ha). Lahan itu tersebar di beberapa lokasi dengan mepekerjakan total 50 orang karyawan.
Pada teknisnya, penanaman tidak dilakukan secara bersamaan, hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinanan yang tidak diharapkan seperti fluktuasi harga, kegagalan budidaya ataupun pembengkakan modal.
Perbedaan waktu tanam dan pemilihan komoditas itu sangat berdampak pada perputaran ekonominya, karena bisa dipastikan setiap hari akan memperoleh hasil panen.
Baca Juga: 11 Kades di Batangkuis Deliserdang Sepakat Terbitkan 'Buletin Batangkuis'
Saat ini, untuk lahan sekitar 2 hektar yang berlokasi di kawasan Kecamatan Sawangan ini dapat menghasilkan sekitar 900 kg cabe rawit untuk sekali panen.
Karena ditanam berjarak waktu, tentu masa panen juga berjarak, tidak panen bersamaan.
Saat ini, untuk lahan sekitar 2 hektar yang berlokasi di kawasan Kecamatan Sawangan ini dapat menghasilkan sekitar 900 kg cabe rawit untuk sekali panen.
Karena ditanam berjarak waktu, tentu masa panen juga berjarak, tidak panen bersamaan.
Baca Juga: Mahasiswa di Medan Desak Polisi Tuntaskan Kasus Kematian Mahasiswa USU
Dengan teknis begitu, ia mendapat harga yang tergolong fantastis, yakni dikisaran Rp80 ribu per kg, untuk setiap sekali masa petik di hari panen.
Hasil panen masih akan terus bertambah, karena tanaman masih tampak sangat sehat dengan buah sangat lebat, buah cabai bermunculan silih berganti setelah pemetikan pertama, dan akan ada pula pemetikan kedua.
Dengan teknis begitu, ia mendapat harga yang tergolong fantastis, yakni dikisaran Rp80 ribu per kg, untuk setiap sekali masa petik di hari panen.
Hasil panen masih akan terus bertambah, karena tanaman masih tampak sangat sehat dengan buah sangat lebat, buah cabai bermunculan silih berganti setelah pemetikan pertama, dan akan ada pula pemetikan kedua.
Baca Juga: Segel Kantor Desa, HIMMAH Sumut Minta Bupati Asahan Evaluasi Oknum Camat BPM
Bermodal dari ilmu pertanian yang didapatkannya ketika duduk di bangku perkuliahan, berbagai teknologi pun sering terapkannya demi mendapat hasil produksi yang maksimal dengan pengeluaran minimal.
Pada kesempatan ini, varietas cabai yang ditanam Widi adalah ORI 212, dengan jarak antar lubang tanam sekitar 43x45 cm.
Bermodal dari ilmu pertanian yang didapatkannya ketika duduk di bangku perkuliahan, berbagai teknologi pun sering terapkannya demi mendapat hasil produksi yang maksimal dengan pengeluaran minimal.
Pada kesempatan ini, varietas cabai yang ditanam Widi adalah ORI 212, dengan jarak antar lubang tanam sekitar 43x45 cm.
Baca Juga: Mahasiswi Praktikum IKS FISIP USU Lakukan Inovasi Untuk Kembangkan Usaha Rakyat
Pemilihan varietas dan jarak tanam disesuaikannya dengan musim yang ada. Variatas tersebut dipilihnya karena vigor tanamannya baik, daun atas kecil, kulit buah tebal dan buah arahnya ke atas.
Pertimbangan tersebutlah yang ia gunakan untuk menghadapi tanaman yang panen di musim hujan, karena dengan begitu tanaman akan lebih tahan terhadap pathogen penyakit dan penyemprotan menjadi lebih efektif.
Pemilihan varietas dan jarak tanam disesuaikannya dengan musim yang ada. Variatas tersebut dipilihnya karena vigor tanamannya baik, daun atas kecil, kulit buah tebal dan buah arahnya ke atas.
Pertimbangan tersebutlah yang ia gunakan untuk menghadapi tanaman yang panen di musim hujan, karena dengan begitu tanaman akan lebih tahan terhadap pathogen penyakit dan penyemprotan menjadi lebih efektif.
Baca Juga: Kisahnya Viral, Mahasiswi USU Yatim Piatu Dapat Hadiah Sepeda Motor dari Rektor
Sementara itu, pemupukan dilakukan mengikuti perkembangan tanaman dan tidak terpatok waktu.
Pupuk untuk fase vegetatif yang digunakan adalah NPK, ditambahkan asam humat. Cara aplikasinya adalah dengan melarutkan ke dalam air dan dikocorkan ke lubang tanam. Interval pemupukan disesuaikan dengan kondisi lingkungan.
Untuk penyemprotan selama masa vegetatif menggunakan beberapa bahan. Pupuk Mordenfol yang memiliki kandungan senyawa magnesium pirofosfat digunakannya dengan tujuan mencukupi kebutuhan nutrisi pada saat pertumbuhan dan pembungaan.
Sumber: Mitratani
Editor: Lian
Sementara itu, pemupukan dilakukan mengikuti perkembangan tanaman dan tidak terpatok waktu.
Pupuk untuk fase vegetatif yang digunakan adalah NPK, ditambahkan asam humat. Cara aplikasinya adalah dengan melarutkan ke dalam air dan dikocorkan ke lubang tanam. Interval pemupukan disesuaikan dengan kondisi lingkungan.
Untuk penyemprotan selama masa vegetatif menggunakan beberapa bahan. Pupuk Mordenfol yang memiliki kandungan senyawa magnesium pirofosfat digunakannya dengan tujuan mencukupi kebutuhan nutrisi pada saat pertumbuhan dan pembungaan.
Sumber: Mitratani
Editor: Lian