Andhika Wahyudiono | Foto: pribadi |
Penulis: Andhika Wahyudiono
Banyuwangi, 29 Agustus 2023
Pusat Reformasi Ekonomi (CORE) Indonesia mengungkapkan pandangannya terhadap target pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 5,2 persen pada tahun 2024, dengan sikap kritis terhadap kenyataan keberlanjutan dan realitas yang terkait.
CORE Indonesia mengindikasikan bahwa target tersebut mungkin saja tidak sepenuhnya realistis, dan terdapat potensi yang signifikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan meleset dari target yang telah ditentukan.
Mohammad Faisal, Direktur Eksekutif CORE Indonesia, merumuskan pandangannya berdasarkan analisis terhadap perkembangan pertumbuhan ekonomi pada paruh pertama tahun 2023. Pada periode tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai angka 5,1 persen, yang berada di bawah target yang telah ditetapkan sebesar 5,3 persen hingga akhir tahun.
Pandangan ini mencerminkan pemahaman bahwa pola pertumbuhan ekonomi yang terjadi dapat mengarah pada kinerja di bawah ekspektasi.
Faisal menjelaskan bahwa kecenderungan adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi merupakan sesuatu yang lazim terjadi. Oleh karena itu, harapan untuk mencapai angka 5,2 persen pertumbuhan ekonomi bisa saja menghadapi hambatan yang mengakibatkan kinerja di bawah target tersebut.
Oleh karena itu, diperlukan tindakan yang hati-hati dan perencanaan yang lebih cermat untuk menghadapi potensi risiko tersebut.
Dalam konteks lain, terdapat kesamaan antara target pertumbuhan ekonomi yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia dan Dana Moneter Internasional (IMF).
Keduanya bertujuan mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar lima persen. Namun, meskipun kesamaan ini ada, CORE Indonesia tetap berpendapat bahwa perlunya kewaspadaan terhadap potensi risiko dan ketidakpastian tetaplah penting.
Baca Juga: Politik Tanpa Identitas itu Uka-uka
Sementara target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2024 dinilai tinggi bila dibandingkan dengan beberapa mitra utama. Sebagai contoh, pertumbuhan ekonomi Tiongkok diperkirakan hanya akan mencapai 4,5 persen, sedangkan Amerika Serikat bahkan ditargetkan hanya sekitar satu persen.
Dalam konteks ini, Faisal menyatakan bahwa melihat fakta bahwa dua ekonomi terbesar ini memiliki target pertumbuhan yang lebih rendah, maka kemungkinan besar bahwa target pertumbuhan Indonesia di bawah 5,2 persen menjadi kenyataan yang mungkin terjadi.
Dalam perspektif yang diungkapkan oleh CORE Indonesia, tergambar sikap skeptis yang diemban organisasi ini saat melihat tantangan-tantangan yang mungkin menghadang jalannya pertumbuhan ekonomi Indonesia.
CORE Indonesia secara tajam memperhatikan berbagai faktor yang dapat memengaruhi dinamika ekonomi, seperti adanya ketidakpastian geopolitik, fluktuasi yang terjadi di pasar global, dan dinamika internal dalam negeri.
Oleh karena itu, pandangan ini mengakui bahwa melampaui sekadar angka target pertumbuhan, sangatlah penting bagi kebijakan ekonomi yang dicanangkan memiliki cakupan yang holistik dan adaptif untuk merespons perubahan yang terjadi di dalam maupun luar negeri.
Pentingnya aspek lebih dari sekadar angka target pertumbuhan tercermin dalam kebutuhan untuk memiliki rencana kebijakan ekonomi yang matang.
CORE Indonesia menerangkan bahwa untuk memastikan pertumbuhan ekonomi yang berjalan sesuai harapan, perlu adanya pendekatan yang responsif terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan global maupun domestik.
Dinamika geopolitik yang tidak menentu, ketidakstabilan pasar global yang dapat memberi dampak langsung pada perekonomian, serta faktor-faktor internal seperti kondisi politik dan sosial di dalam negeri, semuanya dapat memainkan peran dalam menentukan performa ekonomi.
Secara keseluruhan, pandangan yang diemban oleh CORE Indonesia terkait target pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diusung, yaitu 5,2 persen pada tahun 2024, mencerminkan sikap hati-hati dan keraguan terhadap realisasi yang dapat tercapai.
Analisis terhadap sejarah pertumbuhan ekonomi sebelumnya membuat CORE Indonesia menyadari bahwa tidak bisa diabaikan bahwa adanya variabel-variabel yang mungkin memengaruhi pencapaian target tersebut.
Oleh karena itu, dalam mendukung tercapainya sasaran pertumbuhan ekonomi, langkah-langkah proaktif perlu diambil oleh pemerintah dan semua pelaku dalam ekonomi.
Organisasi ini menyoroti perlunya pengambilan tindakan yang preventif dalam mengantisipasi berbagai risiko yang mungkin muncul. Respons yang tanggap terhadap risiko-risiko seperti perubahan dalam tatanan geopolitik yang dapat merugikan stabilitas ekonomi, ketidakpastian di pasar internasional yang mungkin merambat ke dalam ekonomi domestik, dan variasi faktor internal yang memengaruhi kinerja ekonomi, akan membantu menjaga keseimbangan dan kelangsungan pertumbuhan.
Baca Juga: Dampak Serangan Fajar Dalam Pemilu
Dalam konteks ini, kebijakan yang adaptif dan efisien menjadi kunci dalam menjaga stabilitas ekonomi. Jika situasi berkembang melebihi ekspektasi, perubahan kebijakan yang cepat dapat diterapkan untuk menghindari dampak negatif yang lebih besar.
Terlebih lagi, menggali peluang dalam menghadapi risiko juga menjadi esensial, seperti pengembangan sektor-sektor alternatif yang dapat mengurangi ketergantungan terhadap faktor-faktor yang rentan terhadap risiko.
Dalam menghadapi masa depan yang kompleks dan penuh tantangan, CORE Indonesia dengan tegas mengingatkan bahwa menjaga keseimbangan dan stabilitas ekonomi memerlukan pemahaman yang mendalam terhadap berbagai risiko yang mungkin timbul.
Dengan melihat masa lalu sebagai panduan, langkah-langkah yang hati-hati, proaktif, dan tanggap menjadi kunci untuk meraih pertumbuhan yang berkelanjutan dan mendukung kesejahteraan masyarakat secara lebih luas.
[Penulis adalah Dosen Universitas Tujuh Belas Agustus 1945 (Untag) Banyuwangi, Jawa Timur]