-->
  • Jelajahi

    Copyright © Media Indosatu - Menuju Indonesia Maju
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Organisasi dan Hal-hal Yang Tidak Selesai

    Redaksi
    02 Agustus 2023, 09:00 WIB Last Updated 2023-08-02T02:00:00Z
    Banner IDwebhost

    Foto: Ketua HMI Komisariat Universitas Muhammadiyah Malang, Alamsyah Gautama (dok)

    Penulis: Alamsyah Gautama
    Malang, 24 Juli 2023

    Opini yang baru saja penulis publish ternyata mendapatkan feedback yang baik dari para pembaca, banyak komentar yang mengamini situasi dan kondisi permasalahan yang penulis angkat didalamnya.

    Artinya, degradasi minat dan ghirah organisasi ternyata tidak hanya di kota penulis saja. Melampaui itu, berbagai pandangan dijabarkan oleh beberapa orang yang melihat tulisan itu. Gaya-gaya licik dan monopoli penguasaan organisasi dalam kampus ternyata sudah mengakar, terkesan tragis tapi itu logis.

    Mahasiswa awam yang ingin berproses awalnya ingin meng-upgrade kapasitas diri dan mengembangkan softskill di dalamnya. Mirisnya, niat itu tidak mendapatkan yang mereka inginkan.

    Baca Juga: IPA dan Himmah Sumut Kutuk Pernyataan Ferdinand Hutahaean Sebut 'Gubsu Bodoh'

    Banyak prosedural yang amoral mesti ditaati, sampai akhirnya terikut oleh arus kelicikan di dalamnya dan kadang kala harus menjadi domba ternak, dipelihara untuk dikuras tenaga dan pikirannya demi berbagai kepentingan.

    Permasalahan ini terlampau lama didiamkan, mungkin para pembaca sekalian pun mengetahui dan sadar tentang persoalan saat ini. Tetapi unsur feodalistik sudah mendarah daging di setiap pikiran manusia indonesia, lagi-lagi seperti ulasan Mochtar Lubis dalam bukunya manusia Indonesia.

    Maka hanya ada 2 hal dalam pikiran mahasiswa, antara tekanan dan ketakutan. Kemerdekaan sebagaimana yang dijelaskan dalam NDP 3 (Kemerdekaan Manusia dan Keharusan Universal) karya Nurcholish Madjid dkk, hanya dirasakan oleh mereka yang memiliki prinsip dan keberanian memadai, naasnya kebanyakan terhenti dalam ketakutan lalu terjebak dalam kepasrahan.

    Baca Juga: Kampanyekan #PikirinDulu, Danone AQUA Ajak Pemuda Lebih Peduli Terhadap Keberlanjutan Sosial dan Lingkungan

    Mengutip buku Pengantar Perubahan Sosial karya Soerjono Soekanto, dijelaskan bahwa ada 2 unsur yang membangun karakter manusia, yaitu lingkungan dan keadaan ekonomi.

    Oleh karena itu tidak semua mahasiswa mampu menegakkan kebenaran dan melawan arus keruhnya air limbah pabrik. Setiap sudut daerah memiliki suku dan prinsip mendidik yang bervariasi, sehingga mental maupun karakternya berbeda-beda.

    Mengutip dari Nurcholish Madjid dalam bukunya Islam Universal bahwa persatuan Indonesia sejatinya harus dengan pluralitas, jangan menjadi spritual magis, sebab berbahaya, akibatnya fanatisme dan apatisme.

    Baca Juga: Budaya Begal Dalam Politik & Tradisi Transaksi Dalam Serangan Fajar Yang Dianggap Wajar

    Sifat kritis mahasiswa harus absolut bersifat independen, berkiblat pada otoritas tertinggi, Allah SWT. Sehingga tolak ukurnya harus bertumpu pada kebenaran tanpa terkecuali, intervensi harus dipertimbangkan sedetail mungkin.

    Keberpihakannya harus dikaji, lalu dipertanyakan, misi manusia sebagai khalifah fil ardi mesti dipegang teguh. Organisasi membutuhkan pemimpin yang berani mengambil keputusan dan ketegasan terkait keberpihakan.

    Ghirah organisasi sebagaimana di tulisan pertama, disebut mengalami staknasi. Oleh karena itu sebagai organ yang utuh dan kokoh, perjuangan di dalamnya untuk menciptakan arah baru memerlukan perjuangan 2 arah, setiap poros harus saling mendorong dan melengkapi.

    Baca Juga: Babak Akhir Relawan Politik

    Mengutip perkataan Che Guevara, "Kita tidak berhak untuk percaya bahwa kebebasan dapat dimenangkan tanpa perjuangan". Diperkuat oleh Muhammad Roem "Leiden Is Lijden", memimpin adalah menderita.

    Segenap pemimpin di setiap organisasi terpapar permasalahan di atas mesti mengambil langkah radikal, bersihkan atau membiarkan penyakit tersebut menjamur dan meluas.

    Kampus sebagai miniatur negara yang di dalamnya terdapat struktural birokrasi sudah semestinya memastikan seluruh lembaga-lembaga di dalamnya steril dan berjalan lancar. Lagi-lagi penulis mengulang kembali bahwa organisasi merupakan instrument terpenting untuk mendorong dan mempelajari dunia luar setelah lulus nantinya.

    Baca Juga: Analisis Pariwisata di Desa Sei Penggantungan Kabupaten Labuhanbatu

    Saat ini birokrasi pun acuh tak acuh melihat kondisi dan situasi yang ada, Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul sejatinya kebanyakan mereka yang sudah melewati proses berorganisasi. Oleh karena itu, dorongan dari setiap pihak harus berpartisipasi dan bersama-sama berbenah untuk melahirkan Ghirah Organisasi dan tatanan miniatur negara yang produktif, itu merupakan kunci.

    Segala persoalan di atas tidak bisa dianggap enteng, karena tidak hanya dialami satu maupun dua institusi universitas. Tanggung jawab bersama harus diikrarkan, sifatnya kolektif kolegial.

    Mereka yang mengerti harus bergerak dan bertindak, sedangkan mereka yang masih mempertahankan budaya dan tradisi kolot demikian harus di lawan. Terkesan provokatif tetapi ini fakta, perubahan harus terus dilakukan demi kemaslahatan dan kepentingan umum.

    Baca Juga: Sawah Kakung Magelang: Perpaduan Keindahan Alam dan Agrowisata Penopang Kemandirian Pangan

    Jantung dari perubahan adalah keberanian dan kepekaan, indrawi sebagai nikmat dari Tuhan harus dipergunakan sebaik mungkin.
    Permasalahan tidak akan ada hentinya, penyelesaiannya juga harus beriringan, keseimbangan tetap harus dirawat jika tidak ia bisa jadi berat sebelah, karena permasalahan akan menumpuk tanpa penyelesaian.

    Manusia dengan kenisbiannya menjadi alasan mengapa kesadaran kolektif diperlukan, mereka yang hanya diam setelah membaca tulisan ini kiranya perlu membaca NDP 3 tentang keharusan universal kembali.

    Sebagai manusia yang menghendaki kesempurnaan ciptaan Tuhan untuk menjadi Insan Kamil, maka antara perkataan dan tindakan harus berjalan seimbang. Tumpuan langkah dan pergerakan semerta-merta harus berlandaskan kebenaran, segala sesuatu yang salah dalam operasional dalam organisasi harus dirombak kembali, asasnya dikembalikan, tujuannya diperjuangkan, sterilitasnya di perketat.

    Baca Juga: Tembak Mati Para Begal

    Apabila engkau berpikir untuk bangkit, bisa jadi engkau akan lebih dalam mengenal yang namanya perjuangan. Bergerak bersama mencapai tujuan adalah satu di antara filosofi mahasiswa terbaik.

    Suarakan arah baru untuk organisasi mahasiswa yang lebih profuktif. Jangan mewarisi abunya sumpah pemuda, tapi kita harus mewarisi apinya sumpah pemuda. Bangkit dari ketakutan dan tekanan yang tidak berdampak baik untuk masa depan organisasi, tetapi intisarinya terletak pada pengetahuan dan pengamalannya, sebab ilmu tanpa amal adalah omong kosong, dan amal tanpa ilmu adalah kesesatan. Hidup Mahasiswa! Panjang Umur Perjuangan.


    [Penulis adalah Ketua HMI Komisariat Universitas Muhammadiyah Malang]
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    close
    Banner iklan disini