-->
  • Jelajahi

    Copyright © Media Indosatu - Menuju Indonesia Maju
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Dinamika Likuiditas Ekonomi Indonesia

    Redaksi
    01 Mei 2024, 17:39 WIB Last Updated 2024-05-01T11:08:06Z
    Banner IDwebhost

    Foto ilustrasi (kompas)

    Penulis: Andhika Wahyudiono
    Medan, April 2023

    Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Maret 2024 mencapai angka yang mengesankan, yakni Rp8.888,4 triliun.

    Terlebih lagi, pertumbuhan ini mencapai 7,2 persen secara tahunan (year on year/yoy), yang menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan pertumbuhan di bulan sebelumnya yang hanya sebesar 5,3 persen (yoy).

    Asisten Gubernur Bank Indonesia, Erwin Haryono, mengungkapkan bahwa perkembangan M2 ini terutama didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 7,9 persen (yoy) dan uang kuasi sebesar 6,2 persen (yoy). Perkembangan ini memberikan gambaran tentang dinamika yang tengah terjadi dalam struktur likuiditas perekonomian Indonesia.

    Pertumbuhan M2 pada Maret 2024 terutama dipengaruhi oleh perkembangan penyaluran kredit dan tagihan bersih kepada pemerintah pusat. Data menunjukkan bahwa penyaluran kredit pada Maret 2024 mengalami pertumbuhan sebesar 11,8 persen (yoy), meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 11,0 persen (yoy).

    Sementara itu, tagihan bersih moneter kepada pemerintah pusat juga menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, yakni
    sebesar 18,0 persen (yoy), setelah sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 1,0 persen (yoy).

    Hal ini menandakan adanya perputaran uang yang cukup dinamis dalam perekonomian Indonesia pada bulan Maret 2024.

    Namun, terdapat juga aspek yang perlu diperhatikan, yaitu aktiva luar negeri bersih pada Maret 2024 yang mengalami kontraksi sebesar 1,1 persen (yoy).

    Hal ini menandakan adanya penurunan dalam investasi asing atau penarikan modal dari luar negeri pada periode tersebut, yang mungkin dapat menjadi perhatian bagi pemerintah dan pelaku pasar keuangan.

    Meskipun pada bulan sebelumnya, Februari 2024, tercatat pertumbuhan sebesar 2,3 persen (yoy), namun kontraksi ini menunjukkan perubahan dinamika dalam arus modal luar negeri yang perlu diperhatikan secara serius.

    Data penyaluran kredit perbankan pada Maret 2024, seperti yang dilaporkan oleh Bank Indonesia, menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Penyaluran kredit oleh perbankan mencapai angka Rp7.187,6 triliun, dengan pertumbuhan sebesar 11,8 persen (yoy).

    Penyaluran kredit ini didorong oleh berbagai faktor, termasuk penyaluran kredit kepada debitur korporasi dan kredit lainnya. Terdapat beberapa sektor yang menjadi pendorong utama pertumbuhan ini, antara lain sektor industri pengolahan, pengangkutan, dan komunikasi yang mengalami pertumbuhan kredit investasi sebesar 14 persen (yoy).

    Selain itu, sektor keuangan, real estat, jasa perusahaan, dan sektor pertambangan dan penggalian juga berkontribusi pada pertumbuhan kredit modal kerja sebesar 11,8 persen (yoy).

    Ini menandakan adanya kegiatan ekonomi yang cukup dinamis di sektor-sektor tersebut, yang membutuhkan dukungan finansial dari sektor perbankan.

    Adapun kredit konsumsi juga menunjukkan pertumbuhan yang sehat, terutama didorong oleh kredit pemilikan rumah (KPR), kredit kendaraan bermotor, dan kredit multiguna, yang semuanya tumbuh sebesar 10 persen (yoy) pada bulan Maret 2024.

    Pertumbuhan yang kuat dalam penyaluran kredit ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui akses finansial yang lebih luas bagi masyarakat dan perusahaan.

    Namun, perlu diingat bahwa peningkatan penyaluran kredit juga memerlukan pengawasan yang ketat untuk memastikan bahwa tidak terjadi overheating atau kredit macet yang dapat mengganggu stabilitas sistem keuangan.

    Oleh karena itu, bank sentral perlu mempertimbangkan langkah-langkah kebijakan yang tepat untuk menjaga keseimbangan antara pertumbuhan kredit yang sehat dan stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan.

    Dalam konteks ini, peningkatan penyaluran kredit juga perlu diiringi dengan upaya untuk meningkatkan kualitas kredit dan meningkatkan kapasitas lembaga keuangan dalam manajemen risiko.

    Ini akan membantu mengurangi risiko kredit macet dan memperkuat kestabilan sektor perbankan dalam jangka panjang. Selain itu, penting untuk terus mendorong inklusi keuangan, sehingga lebih banyak masyarakat dan usaha kecil dan menengah (UKM) dapat mengakses layanan keuangan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

    Secara keseluruhan, informasi yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia pada bulan Maret 2024 memberikan gambaran positif mengenai dinamika perekonomian Indonesia.

    Pertumbuhan likuiditas perekonomian yang kokoh, terutama tercermin dari pertumbuhan M2 yang signifikan, menandakan bahwa aktivitas ekonomi sedang bergerak maju. Namun demikian,tidak dapat diabaikan bahwa masih ada beberapa tantangan yang perlu dihadapi, terutama terkait dengan arus modal luar negeri dan stabilitas sistem keuangan.

    Salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan adalah pertumbuhan M2 yang menunjukkan adanya likuiditas yang kuat dalam perekonomian. Pertumbuhan ini bisa diartikan sebagai indikasi positif tentang aktivitas ekonomi yang berjalan dinamis dan sehat.

    Namun demikian, meskipun pertumbuhan ini memberikan gambaran optimis, tidak dapat diabaikan bahwa ada tantangan-tantangan yang dapat mengganggu stabilitas ekonomi secara keseluruhan.

    Tantangan terbesar yang dihadapi adalah terkait dengan arus modal luar negeri. Pergerakan modal asing dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap nilai tukar mata uang, tingkat suku bunga, dan stabilitas keuangan secara keseluruhan.

    Oleh karena itu, pemerintah dan bank sentral perlu memantau dengan cermat dinamika arus modal luar negeri serta mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam menghadapi fluktuasi arus
    modal.

    Selain itu, stabilitas sistem keuangan juga menjadi perhatian utama. Sistem keuangan yang stabil sangat penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

    Kerentanan dalam sistem keuangan dapat memicu krisis finansial yang berdampak luas pada perekonomian. Oleh karena itu, pemerintah dan bank sentral harus memastikan bahwa sistem keuangan dilengkapi dengan regulasi yang memadai dan sistem pengawasan yang efektif guna mencegah terjadinya ketidakstabilan.

    Pentingnya menjaga stabilitas ekonomi dan sistem keuangan membuat pemerintah dan bank sentral harus selalu waspada. Langkah-langkah kebijakan yang tepat perlu diambil untuk mengatasi berbagai tantangan yang mungkin timbul di masa depan. Ini termasuk kebijakan

    moneter yang akurat, intervensi pasar yang tepat waktu, serta penguatan infrastruktur keuangan untuk mendukung peredaran uang yang lancar dan efisien.

    Dengan demikian, penting bagi pemerintah dan bank sentral untuk terus memantau perkembangan perekonomian dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas dan kelangsungan pertumbuhan ekonomi.

    Upaya bersama antara pemerintah, bank sentral, dan pelaku ekonomi lainnya akan sangat menentukan dalam menghadapi berbagai tantangan dan mengoptimalkan potensi ekonomi Indonesia dalam jangka panjang.

    [Penulis merupakah salah satu Dosen UNTAG Banyuwangi]
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    close
    Banner iklan disini