-->
  • Jelajahi

    Copyright © Media Indosatu - Menuju Indonesia Maju
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Viral Paskibraka Dilarang Berhijab, Yuk Kepoin 17 Pahlawan Nasional Wanita, Cuma 4 Yang Berhijab

    Redaksi
    15 Agustus 2024, 21:01 WIB Last Updated 2024-08-15T15:45:28Z
    Banner IDwebhost

    Beberapa foto Pahlawan Nasional Wanita Indonesia | Foto: Gramedia

    INDOSATU.ID - Akhir-akhir ini penggunaan hijab atau jilbab bagi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) wanita menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat.

    Pasalnya, BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila) menyarankan agar Paskibraka wanita tidak mengenakan hijab.

    Menurut ajaran Islam, jilbab merupakan bagian dari hijab (pakaian wanita) yang menutupi dari bagian kepala hingga badan.

    Wanita Islam (Muslimah) dianjurkan untuk menggunakan jilbab dengan fungsi menutupi auratnya.

    Dikutip dari situs Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), menutup aurat bagi seorang Muslimah adalah suatu kewajiban sebagaimana yang termaktub dalam Al-Quran.

    Namun tahukah kamu bahwa banyak Pahlawan Nasional Wanita yang tidak menggunakan hijab selama melawan penjajahan walaupun saat itu mereka sebagai Muslimah.

    Salah satunya adalah Ratu Nahrasiyah. Ia merupakan pejuang dari Kerajaan Samudera Pasai.

    Dirinya memimpin Kerajaan Samudera Pasai setelah Ayahnya terbunuh, menurut catatan sejarah, ia merupakan Wanita pertama yang menjadi pemimpin sebelum RA Kartini lahir.

    Kerajaan Samudera Pasai terletak di Aceh, dan merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia.

    Lalu Siapa Saja Pahlawan Nasional Wanita Yang Berhijab?

    Sebelum membahas lebih jauh, ada baiknya pembaca mengetahui terlebih dahulu siapa saja Pahlawan Nasional Wanita Indonesia.

    Berikut nama-nama dan asal Pahlawan Nasional Wanita yang telah diakui negara, antara lain :

    1. Ratu Nahrasiyah dari Aceh,
    2. Cut Nyak Dhien dari Aceh,
    3. Cut Nyak Meutia dari Aceh,
    4. Keumalahayati dari Aceh,
    5. Nyi Ageng Serang dari Jawa Tengah,
    6. Dewi Sartika dari Jawa Barat,
    7. RA Kartini dari Jawa Tengah,
    8. Martha Christina Tiahahu dari Maluku,
    9. Maria Walanda Maramis dari Sulawesi Utara,
    10. Andi Depu Maraddia Balanipa dari Sulawesi Barat,
    11. Rohana Kuddus dari Sumatera Barat,
    12. Siti Manggopoh dari Sumatera Barat,
    13. HR. Rasuna Said dari Sumatera Barat,
    14. Opu Daeng Risadju dari Sulawesi Selatan,
    15. Nyai Ahmad Dahlan dari Yogyakarta,
    16. Fatmawati Soekarno dari Bengkulu,
    17. Fatimah Siti Hartinah dari Jawa Tengah.

    Dari catatan sejarah yang ada, dari 17 Pahlawan Nasional Wanita, hanya ada 4 Pahlawan Nasional Wanita yang menggunakan hijab, di antaranya:

    1. Siti Manggopoh dari Sumatera Barat

    Siti Manggopoh lahir pada bulan Mei 1880. Siti Manggopoh adalah seorang pejuang perempuan dari Manggopoh, Lubuk Basung, Agam. Ia pernah mengobarkan perlawanannya terhadap penjajah Belanda dalam perang yang dikenal sebagai Perang Belasting (Gramedia).

    2. Rasuna Said dari Sumatera Barat

    Hajjah Rangkayo Rasuna Said atau lebih dikenal dengan nama Rasuna Said. Ia meneruskan peran RA Kartini dalam memperjuangkan persamaan hak antara perempuan dan laki-laki. Menurutnya, kemajuan kaum perempuan tidak hanya didapat dari mendirikan sekolah, tetapi juga melakukan perjuangan politik.

    Setelah kemerdekaan, Rasuna Said aktif di Dewan Perwakilan Sumatera mewakili Sumatera Barat dan sempat diangkat menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Serikat (DPR RIS) (Gramedia).

    3. Opu Daeng Risadju dari Sulawesi Selatan

    Opu Daeng Risaju adalah pahlawan perempuan yang lahir tahun 1880. Peran Opu Daeng Risaju dalam perlawanan terhadap tentara NICA di Belopa sangatlah besar. Opu Daeng Risaju membangkitkan dan memobilisasi para pemuda untuk melakukan perlawanan terhadap tentara NICA (Tentara Belanda). (Gramedia)

    4. Nyai Ahmad Dahlan dari Yogyakarta

    Nyai Ahmad Dahlan merupakan tokoh emansipasi perempuan yang sudah berpartisipasi dalam diskusi perang bersama Jenderal Sudirman dan Presiden Soekarno.

    Nyai Ahmad Dahlan terus melakukan perjuangannya setelah suaminya meninggal dunia. Selain itu, ia membina generasi muda, terutama perempuan Islam agar tekun, gigih, dan berpendidikan. (Red)
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    close
    Banner iklan disini