Sutrisno Pangaribuan (Foto: istimewa) |
Penulis: Sutrisno Pangaribuan
Rencana Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus berantakan di Pilkada Medan. Upaya menciptakan Pilkada 'All Bobby Men' akhirnya pupus.
Putusan MK Nomor 60/PUU-XXII/2024 tentang ambang batas pengajuan calon menjadi penyebabnya. Skenario busuk menghempang pasangan calon PDI Perjuangan gagal total.
Aulia Rahman (PSI) dan Hidayatullah (PKS) ditinggalkan partai sendiri. Aulia, Wakil Walikota Medan (2020-2024) tersebut, sengaja keluar Gerindra lalu masuk PSI.
Namun akhirnya Aulia tetap tidak dapat maju, meski sudah diberi surat tugas oleh Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Jokowi, Ketum PSI. Ibarat makan buah simalakama, Aulia kena prank KIM Plus, dan gagal ikut Pilkada Medan 2024.
Semula, jika Pilkada tetap menggunakan ambang batas dua puluh persen (20%), maka pasangan calon PDIP terjegal. PKB dengan (2 kursi) yang semula memberi rekomendasi ke Prof. Ridha Darmawijaya dibajak KIM Plus.
Namun justru skenario melawan kotak kosong, lalu berubah menjadi 'All Bobby Men', yang akhirnya berantakan. Aksi Mahasiswa, kelompok masyarakat pro demokrasi, dan putusan MK mengubur mimpi KIM Plus di Medan.
Putusan MK No.60/PUU-XXII/2024, yang seharusnya menjadi kabar baik, berubah petaka bagi KIM Plus. Kedaulatan Parpol anggota KIM Plus direnggut, demokrasi dipasung.
Pilihannya ikut, dan tertib, atau berani melawan, harus siap menghadapi banyak masalah. Tidak ada demokrasi sama sekali di Parpol anggota KIM Plus. Organisasi mahasiswa (Ormawa) lebih demokratis, dan lebih merdeka dari pada Parpol KIM Plus.
Kita beruntung memilki PDIP yang selalu memekikkan kata 'merdeka' dalam setiap kegiatan. PDIP satu- satunya Parpol yang memberi ruang bagi kebebasan berpikir, merdeka berekspresi, dan terbuka bagi perbedaan pendapat.
PDIP tidak pernah memasung gagasan, ide, atau program politik kader. PDIP suka kader yang tidak mementingkan diri sendiri, berani, dan siap mengambil risiko. Meski ada oknum elit- elit lokal PDIP yang suka baper dengan alasan tegak lurus.
Maka untuk semua kader Parpol anggota KIM Plus, yang kebebasannya dirampas, hak politik untuk maju dibatasi, mari gabung PDIP. Sebagai rumah besar kaum nasionalis, PDIP memberi penghormatan bagi kepelbagaian dan warna-warni.
Demikian juga kepada simpatisan dan konstituen Parpol anggota KIM Plus yang 'merdeka' dan ingin berjuang wujudkan demokratisasi, mari berjuang bersama PDIP.
PDIP adalah lembaga publik yang siap menjadi wadah perjuangan aspirasi politik, kebutuhan, dan kepentingan warga. PDIP adalah partai inklusif, yang mengharuskan pengurus dan kadernya tidak elitis, dan eksklusif.
PDIP adalalah partai kader yang senantiasa menangis dan tertawa bersama rakyat. PDIP siap memberi KTA kepada semua warga yang ingin berjuang melawan kekuasaan politik keluarga, oligarki, dan politik dinasti.
[Penulis adalah Kader PDI Perjuangan dan Presidium Kornas (Kongres Rakyat Nasional)]