Anak-anak sekolah berjalan menuju sekolah di pagi hari (Foto: Screenshoot video viral) |
Labuhanbatu, INDOSATU.ID - Pemandangan jalan berlumpur menemani langkah anak-anak ini menuju sekolah. Keadaan seperti ini ternyata sudah dirasakan sejak puluhan tahun lalu.
Menurut informasi yang diterima media ini, bahwa video tersebut berada di Kabupaten Labuhanbatu, tepatnya di Desa Sei Penggantungan Kecamatan Panai Hilir.
Salah satu warga desa tersebut, Manaor SN Limbong, yang saat ini sedang studi di Medan mengatakan, pemandangan jalan tak layak seperti itu sudah berlangsung puluhan tahun.
"Jalan begini sudah puluhan tahun, tapi mungkin pemerintah tidak mau tau," ujarnya, Kamis (17/10/2024) saat berada di Medan.
"Mirisnya lagi, pemerintah pusat menggaungkan pembangunan dari desa, tapi nyatanya desa ini tidak mengalami pembangunan insfrastruktur yang baik. Sudah puluhan tahun begitu sejak saya SD di sana," tambah Manaor.
Wilayah ini ternyata berbatasan langsung dengan Selat Malaka, Labuhanbatu Utara (Labura), Labuhanbatu Selatan (Labusel), Provinsi Riau.
Jika menempuh perjalanan dari Kota Rantauprapat, dibituhkan waktu sekitar 5 jam via darat mengendarai mobil pribadi ke wilayah ini.
"Sekitar 5 jam lah dari Rantauprapat. Nanti masuknya dari Simpang Sawit Jaya, wilayah jalan PT HSJ. Nah dari sana sekitar 3 jam lagi lah ke lokasi jalan berlumpur yang dilalui anak sekolah itu," terang Manaor.
Dirinya menambahkan bahwa sebenarnya Jarak tersebut tidak begitu jauh, namun karena jalan utama menuju lokasi itu masih tanah dan tidak ada aspal sehingga jalan berubah seperti kubangan kerbau dikala musim hujan.
Di saat kemarau, lanjut dia, jalan utama yang masih tanah itu akan berubah seperti gurun yang ditiup angin, debu tanah yang sangat menyesakkan akan menghantam pengendara yang lewat.
Disinggung tentang penggunaan dana desa, ia menjelaskan bahwa jalan tersebut merupakan jalan kabupaten dan Sebagian lagi jalan provinsi.
"Dana desa tidak bakal cukup bangun jalan itu. Untuk membangun jalan desa saja masih kurang. Ini kan yang di video jalan kabupaten dan jalan provinsi," imbuhnya.
Pria yang saat ini sedang studi S2 di Medan itu meminta agar pemerintah pusat turun tangan, sebab, kata dia, pemerintah kabupaten dan provinsi tidak mau peduli.
"Mau kemana lagi warga mengadu, beberapa tahun lalu sudah pernah kita sampaikan kepada pemerintah kabupaten itu, dan pemerintah provinsi, tapi tak ada digubris. Harapan terakhir ya ke pemerintah pusat lah," sebut Manaor.
Manaor menambahkan, sejak dirinya masih aktif di organisasi Gerakan Mahasiswa Labuhanbatu (Germalab), ia pernah memimpin pertemuan dengan Dinas PU Kabupaten Labuhanbatu, tapi tidak kunjung ada pembangunan jalan tak layak itu.
"Sebenarnya saya sudah bosan menyampaikan ini, apalagi saya sedang sibuk studi, namun miris rasanya melihat anak-anak sekolah itu harus berjalan di atas jalan berlumpur demi menuntut ilmu ke sekolah," tandasnya. (Tim Redaksi)