Riki Riyadi (Foto: Google) |
INDOSATU.ID - Namanya Riki Riyadi (14 tahun), ia hanya bisa sesekali mengintip dari pagar sekolah kala rindu dengan teman-teman SMP-nya.
Anak ini tidak lagi mengikuti pelajaran lantaran tak ada biaya.
Riki, nama akrabnya, sudah menyetujui permintaan ibu kandungnya, Risma Manullang (35 tahun) untuk menunda sekolah tahun ini.
Riki kini lebih banyak membantu ibunya mencari botot (barang bekas) atau pemulung dan nasi sisa di seputaran Helvetia, Medan.
Di saat petang, ia harus memasak untuk santap malam keluarganya yang mengontrak di Jalan Eka Prasti Helvetia, Medan.
Dirinya adalah anak ke-empat dari delapan bersaudara, ia terpaksa menjadi pemulung untuk membantu ibunya memenuhi perekonomian keluarganya.
Padahal Riki memiliki cita-cita menjadi seorang dokter, sungguh cita2 yang sangat mulia.
"Saya pengen jadi dokter, Bang. Tapi kalau punya uang, pertama akan kubangun rumah untuk mama, biar enggak ngontrak-ngontrak lagi," ucap Riki Riyadi di saat mencari barang bekas di Jalan Wahid Hasyim, Medan.
Keputusan Riki untuk berhenti sekolah karena dia juga tak kuasa melihat ibunya banting tulang.
Semenjak ayahnya berinisial RP (40 tahun), jatuh ke pangkuan wanita lain, ibunyalah yang menjadi tulang punggung keluarga.
Terhitung telah enam tahun ayahnya minggat. Saat itu, adik Riki yang paling bungsu (anak kedelapan) masih balita.
Hingga kini, ayahnya tak pernah kembali. Bahkan tak lagi peduli bahkan tak lagi menafkahi keluarga dan kedelapan anaknya.
"Dulu suamiku itu baik, perhatian dan sayang keluarga. Tidak pernah minum (mabuk-mabukan). Tidak mau keluar, Namun sejak kenal perempuan lain, dia jadi jahat," ujar Risma, ibu Riki.
Diketahui kemudian, RP, ayah Riki, dulunya kerja sebagai pemulung juga dan sesekali jadi kuli bangunan.
Namun, menurut ibu Riki, semenjak mengenal perempuan lain, dia kawin lari dan tak kembali.
"Sekarang masih ada empat anakku yang masih sekolah. Semenjak dia selingkuh, aku sendiri yang menghidupkan keluarga," ungkap Risma.
Saat ditanya, kenapa meminta Riki berhenti sekolah, Risma menerangkan bagaimana sulitnya perekonomian keluarganya.
"Kakaknya SMA. Uang sekolahnya Rp175 ribu per bulan. Adiknya lagi SD. Padahal pengeluaran besar. Tanggungan banyak. Jadi aku enggak sanggup," terang Risma.
Risma mengakui pentingnya sekolah. Ia bilang, masih tetap akan memperjuangkan Riki Riyadi sekolah.
"Nanti kalau ada uang kusekolahkan pun lagi, semampuku kusekolahkan, minimal tamat SMA," ucapnya.
Ibu tulang punggung 8 anak itu mengaku sudah berusaha bekerja keras, namun rejeki pemulung kayak pasar loak, kadang mujur, kadang apes.
Risma juga berharap dapat keringanan biaya sekolah untuk anaknya, namun harapan itu selalu kandas, lantaran sekolah menuntut melengkapi berkas berupa Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP).
Tidak banyak permintaan Risma kepada pemerintah. Dia hanya menginginkan agar dibantu mengurus KK dan KTP.
Hal itu untuk membantunya dalam proses administrasi agar anaknya bisa kembali sekolah.
"Kami enggak punya KK dan KTP. Sudah lama di Medan ini. Di kampung tak mau urus surat pindah. Ya, jadi gak dapat bantuan. Aku minta tolong kali ke bapak ibu pemerintah supaya dibikinkan KTP dan KK kami," ujarnya.
"Sulit kali kehidupanku sekarang. Satu harian aku bekerja, susah sekali dapat uang Rp40 ribu," tandas Risma.
Sumber: Dirangkum dari berbagai sumber
Editor: Dika